Minggu, 15 Mei 2011

The Decades of Sex, Drugs, and Rock 'n' Roll: 1970's

"Rock 'n' roll: Music for the neck downwards."

(Keith Richards) 

"You can't arrest me, I'm a rockstar!"

(Sid Vicious)

Led Zeppelin IV 
Led Zeppelin 

"And she's buying a stairway to heaven."

Perpaduan luar biasa antara lengkingan, solo gitar yang flamboyan, serta gebukan drum dalam satuan horse power (Rock and Roll) menyingkap tirai merah dari atas panggung musik: sambutlah para titan dari mitologi baru musik rock! Robert Plant berteriak dari kejauhan sebelum akhirnya disambut oleh riuh rendah melodi (Black Dog), yang dari balik kemegahannya yang epik (When The Levee Breaks) terselip pula kegusaran akan mimpi-mimpi di daratan yang tak terjamah (Going to California). Mereka berkisah tentang para dewa dalam atmosfer mistis yang kental (The Battle of Evermore) yang kemudian disambung dengan nada-nada melankolis yang bercerita tentang sosok manusia bumi yang merindukan langit (Stairway to Heaven), dan lewat album ini, mereka berhasil berdiri di antara keduanya.

Trivia
Sebenarnya album ini tidak diberi judul melainkan hanya berupa empat simbol nordic yang dirancang oleh Jimmy Page, sang gitaris. Menurutnya, keempat simbol ini mewakili karakteristik dari tiap personel Led Zeppelin. Namun maknanya sendiri tidak ada seorang pun yang tahu. Robert Plant, vokalis, pernah menanyakan hal ini kepada Page, sayangnya ia lupa dengan penjelasan yang ia terima. Page sendiri keukeuh hanya akan memberi tahu sekali seumur hidup arti simbol tersebut kepada Plant.

Exile on Main St. 
The Rolling Stones

"You got to roll me and call me the tumbling dice."

Boleh disebut sebagai kelahiran kedua The Rolling Stones dari sosok liar menjadi sosok baru yang lebih groovy dengan jiwa yang selalu ingin bergoyang (Happy). Barisan musik "bersenang-senang" mewarnai suasana pesta di malam hari dengan riff yang sedikit nakal (Rocks Off) lalu suara vokal raw bersahutan dengan harmonisasi paduan suara yang apik (Tumbling Dice), mereka hadir untuk merayakan energi 70-an dalam semarak power of love (Loving Cup). Mick Jagger bernyanyi dengan cara yang paling bluesy ditemani oleh saksofon dan harmonika (Sweet Virginia) menghadirkan nuansa klasik tentang kerinduan. Mereka masih belum kehilangan sentuhannya dalam mengolah musik yang mampu memberikan semangat, apalagi kali ini ditambah dengan efek bergoyang-nya (Shine A Light), yang merupakan sebuah poin plus!

Trivia
The Rolling Stones sengaja mengungsi ke Paris, Prancis untuk menghindari pajak yang besar di Inggris dan mulai merekam album ini. Proses penciptaan lagu terbilang unik di mana produser Jimmy Miller sengaja mengurung Mick Jagger dan Keith Richards di dalam sebuah kamar dan baru mengijinkan mereka keluar bila mereka telah menciptakan minimal sebuah lagu baru. Hal serupa diberlakukan juga pada personel lainnya dalam urusan menggubah lagu.

Who's Next? 
The Who 

"Don't cry, Don't raise your eye, It's only teenage wasteland."

The Who menyelami disiplin ilmu eksperimen elektrik dengan output konsep futuristik opera rock yang kompleks nan magnetik (Baba O'Riley). Mengoptimalkan fungsi synthesizer, lewat tekstur space-rock yang dinamis, mengoperasikan ide mengenai revolusi dengan mesin rock 'n' roll yang keras (Won't Get Fooled Again). Keseluruhan album ini adalah sebuah prosesi tutur cerita dari potret fiksi mengenai spiritualitas (Bargain), hubungan asmara dan komitmen yang menyertainya (My Wife), lalu dengan kombinasi musik yang menawan menceritakan bayang-bayang penebusan kebebasan manusia (The Song is Over). Sebuah lagu kemudian dinyanyikan sebagai penawar kesedihan atas keadaan duka mengenai keterpurukan yang mencapai klimaksnya di akhir (Behind Blue Eyes). Keriuhan era 70-an kian menjadi terang, menggantikan romantisme 60-an.

Trivia
Asal muasal album ini adalah ide Pete Townshend, gitaris, untuk membuat album konsep rock opera berjudul Lifehouse. Namun proyek ini gagal dengan banyaknya kendala yang meningkatkan stres para personel. Pete bahkan termotivasi untuk bunuh diri. Beberapa tahun kemudian, setelah berganti produser mereka akhirnya mengembangkan sisa-sisa proyek itu untuk dijadikan album baru. Dengan tidak lagi menggunakan tema opera, band justru lebih leluasa mengeksplorasi musik dan terbukti album ini menjadi terkenal karena terobosan sound-nya yang dinamis dan unik.

Paranoid
Black Sabbath

"Can you help me, Occupy my brain?"

Suara gitar dan riff yang tebal, lirik-lirik maskulinitas, beat yang tegas, distorsi dalam volume tinggi, sebuah genre baru tercipta dan rock 'n' roll jadi terdengar gagah (War Pigs).  Heavy Metal membuka jalan bagi karakter vokal yang bertenaga (Paranoid) dengan iringan gitar solo serta sound drum dan bass yang padat (Hand of Doom) untuk memperoleh status terhormat dalam dunia rock. Dengan mengangkat tema perang Vietnam, album ini memberikan gambaran kengeriannya melalui musik yang diramu begitu mencekam menceritakan tentang kematian massal (Electric Funeral), ditambah dengan balada creepy yang menghipnotis dengan sisa-sisa ramuan psychadelic (Planet Caravan) yang semakin menambah "berat" albumnya. Mereka menetapkan kesan machismo sebagai poin artistik yang baru yang kemudian diikuti oleh anggukan kepala dari para metalheads (Iron Man).  

Trivia
Black Sabbath pernah dituduh sebagai pengikut setan yang menyebarkan pesan-pesan sesat. Sepasang orang tua menyalahkan mereka terutama untuk lagu yang berjudul Paranoid, karena anaknya bunuh diri dan disinyalir terobsesi dengan lagu tersebut. Setelah ditelaah ternyata kejadian itu adalah sebuah kesalahan interpretasi terhadap lirik lagu di dalamnya. Ozzy Ozbourne, vokalis, terdengar menyanyikan bait "I tell you to end your life",  padahal sebenarnya adalah "I tell you to enjoy life." 

Raw Power
The Stooges

"I am a world's forgotten boy, The one who searches and destroys."

Sebuah dokumentasi penting dari protopunk yang tidak mengindahkan etika lain selain kasar, keras, dan lebih kasar lagi (Raw Power). Riff gitar yang lugas membawa pada nyanyian manusia gua dalam nuansa hard rock primitif (Your Pretty Face is Going to Hell) yang di sisi lain terdengar seperti menggoda Mick Jagger untuk ikut berjoget dalam frekuensi tinggi (Shake Appeal). Alunan gitar akustik serta loop piano tidak menyurutkan semangat embrio punk ini untuk mengekspresikan jiwa cadasnya (Gimme Danger), apalagi ketika mereka bermain dalam tempo blues yang lebih lambat dari kebiasaan mereka (I Need Somebody). Berbasis pada agresifitas, memicu bom pemberontakan dalam dunia musik di mana menjadi bising adalah aturan utamanya (Search and Destroy). 

 Trivia
Lagu Search and Destroy merupakan sebuah lagu protes terhadap perang Vietnam yang idenya didapat dari sebuah artikel di majalah Time. Iggy Pop, vokalis, menuliskan lirik lagu itu dalam keadaan teler dan di bawah pengaruh obat-obatan. Di tengah proses penulisan itu, Iggy sempat tidak sadarkan diri selama beberapa jam. Lalu ketika bangun, ia langsung menyelesaikan liriknya berdasarkan "pengalaman" yang ia lihat dan alami saat berada dalam keadaan trans tersebut.

Dark Side of the Moon
Pink Floyd

"The lunatic is on the grass."

Sebuah tamasya menuju eksperimen sound dalam konsep yang mengetengahkan tema perasaan alergi terhadap kehidupan. Kontemplasi dimulai dari sudut pandang hidup yang harus disyukuri oleh manusia sebagai mahluk intelektual (Breathe) kemudian menjurus kepada entitas waktu yang memperkenalkan manusia pada penyesalan (Time) yang berujung ke arah kegilaan mental yang seakan lumrah terjadi (Brain Damage). Dengan tune yang sunyi mereka menegaskan garis batas alienasi terhadap perbedaan ideologi (Us and Them) sementara dengan chord progresif serta seriosa yang mengawang-awang mereka seolah memperdengarkan suara jiwa yang terbang mengangkasa (The Great Gig in the Sky). Balutan jazz yang terstruktur rapi mengerucutkan segala keresahan ke dalam satu pangkal masalah yang adiktif bagi siapa saja (Money).

Trivia
Roger Waters, bassis, mendedikasikan nama Dark Side of the Moon kepada Syd Barrett, personel awal Pink Floyd sebelum digantikan David Gilmour. Syd adalah seorang jenius yang eksentrik dan kompleks. Kesehatan jiwanya terganggu akibat konsumsi zat LSD dan dia meninggalkan band begitu saja tanpa kabar. Tak ada yang mengetahui ke mana dia pergi. Sempat diberitakan ia muncul beberapa saat di studio dengan menyamar. Beberapa tahun lalu ia pun meninggal dunia.

A Night at the Opera
Queen

"Is this a real life? Is this just fantasy?"

Dengan menghadirkan gegap-gempita opera, lengkap dengan orkestrasi serta choir tenor-nya, Queen secara leluasa mendorong kreatifitas mereka ke batas yang terjauh (Bohemian Rhapsody). Mereka menggubah suara-suara duniawi menjadi terdengar magis dan subtil ('39), yang kemudian terdengar begitu jenaka serta komikal (Seaside Rendezvous), dan di lain kesempatan berubah menjadi berat dalam balutan geraman dan gebukan drum yang menderu (I'm in Love with My Car). Mereka menyentuh wilayah "keintiman" perasaan dengan secara kontradiktif membawakan tema romantisme dalam sesi pemujaan (You're My Best Friend) yang kemudian beralih ke dalam ratapan patah hati penuh penghayatan (Love of My Life) diiringi oleh melodi denting piano yang mengiris dengan manisnya.

Trivia
Pada saat hendak merilis Bohemian Rhapsody sebagai single, petinggi label menyangsikan bahwa lagu tersebut terlalu panjang dan rumit untuk bisa diputar di radio. Band akhirnya memberikan lagu ini pada Kenny Everett, penyiar di Capitol Radio. Kenny lalu iseng memutarkan sebagian dari lagu ini sekilas. Tak disangka setelahnya banyak telepon dari pendengar yang memintanya untuk memutar lagu tersebut secara utuh. Beberapa hari kemudian para fans mengantri di toko musik dan pulang dengan tangan hampa karena single ini belum resmi diliris sama sekali.

Rocks
Aerosmith

"I'm baaaackkk! I'm back in the saddle again."

Album yang berhasil menangkap esensi Aerosmith di puncak rocking moment- nya yang buas, keras, dan tak terkalahkan (Back in the Saddle). Riff-riff yang "bergizi" melatari cerita armageddon yang seksi (Nobody's Fault), kisah lugas tentang "teler" dan narkoba (Combination), lalu dengan tempo cepat dan harmonisasi crunchy bernyanyi dalam lagu riang yang terinspirasi dari kematian drug dealer langganan band (Rats in the Cellar). Permainan lirik yang kreatif serta pengaruh blues yang kental (Last Child) turut memberikan jiwa pada lagu-lagu di dalamnya yang mampu dengan cepat menguasai pendengarnya. Karakter suara vokal Steven Tyler yang kuat menciptakan keunikan pada gaya bernyanyinya sementara teknik gitar Joe Perry tidak henti-henti memanjakan sekaligus "mengganggu" telinga dengan tepat tanpa harus terlena untuk memainkannya secara berlebihan (Home Tonight). Tanyakan saja pada Slash, James Hetfield, dan Kurt Cobain tentang betapa hebatnya album yang satu ini.

Trivia
Lagu pembuka Back in the Saddle menyertakan efek suara pecut di dalamnya. Semula, mereka benar-benar menggunakan pecut di dalam studio untuk direkam. Namun setelah berjam-jam hasilnya nihil untuk mendapatkan suara yang dimaksud, yang terjadi malah para personel tersayat dan terluka terkena pecut itu. Akhirnya mereka menggunakan tali tambang sepanjang 30 kaki yang diputar-putar dan tembakan pistol angin untuk memberi kesan suara pecutan yang sempurna.
 
Ramones
Ramones

 "Hey ho, Let's go!"

Sebuah statement baru dalam dunia rock dikeluarkan: musik dengan irama cepat, tanpa solo gitar, durasi di bawah 2 menit, lirik nyeleneh, dan hitung sampai 4, sambutlah punk! (Blitzkrieg Bop). Berbasis pada semangat The Beatles era awal, Ramones menampilkan musik rock 'n' roll tradisional dalam pola yang lebih agresif dan sound yang lebih berat (Beat on the Brat), dan mungkin juga ditambah dengan sedikit pengaruh "zat-zat" lainnya (Now I Wanna Sniff Some Glue) yang mampu memberikan efek berontak yang masif dalam pop culture. Di balik "kekasaran" musiknya, mereka menciptakan harmonisasi yang apik dengan suara tepuk tangan dan backing vocal "seadanya" (Judy is A Punk) sementara itu di sisi lain, mereka juga mampu bicara tentang perasaan cinta (I Wanna Be Your Boyfriend), tentu saja dengan cara yang mereka pilih sendiri, lugas dan to the point!

Trivia
Lagu penutup di album ini, Today Your Love, Tomorrow The World merujuk pada Nazi dan organisasi Hitler Youth. Liriknya berbunyi "I am a Nazi baby, I am a Nazi yes I am" dianggap terlalu ofensif oleh label dan ditolak untuk dipublikasikan. Akhirnya sebelum album dirilis, Ramones memberikan lirik pengganti yang lebih "bersahabat" walaupun secara keseluruhan isi di lagu tersebut tetaplah sama.

Never Mind the Bollocks, Here's the Sex Pistols
Sex Pistols

 "No future, No future for you!"

Gema punk masuk ke teritori Inggris Raya dan di dataran monarki tersebut, dia mewujud menjadi anarki (Anarchy in the UK). Album ini adalah sebuah dinamo "huru-hara" yang nakal di mana kata-kata kasar, teriakan lugas, bersatu dengan musik kencang untuk mengangkat tema-tema frontal seperti aborsi (Bodies), apatisme remaja (Pretty Vacant), serta hasrat untuk menanti tembok Berlin runtuh, jauh sebelum itu semua benar-benar terjadi (Holidays in the Sun). Musik mereka adalah sebuah pemberontakan yang tidak tanggung-tanggung, dipenuhi cercaan atas segala gejala dan nilai-nilai sosial yang kerap terjadi lewat perspektif yang "liar". Tidak hanya sebuah label rekaman besar yang mereka serang (E.M.I.), bahkan sang ratu yang duduk manis di singgasananya pun tanpa ragu mereka sebut fasis (God Save the Queen). Dengan semangat seperti ini maka istilah punk is dead adalah salah besar!

Trivia
Johnny Rotten, sang vokalis, mengaku pada media bahwa di awal karirnya saat hendak membuat album ini, Sex Pistols selalu tidak punya uang untuk membeli peralatan dan instrumen musik. Oleh karena itu ia harus mencuri alat-alat milik musisi lain seperti beberapa gitar, mikrofon, dan amplifier dari Keith Richards (The Rolling Stones) dan David Bowie agar bisa melakukan proses rekaman. Ia bahkan mencuri mantel bulu milik Keith dan menjuluki dirinya sendiri sebagai Robin Hood of Punk.

London Calling
The Clash

"Cause London is drowning and I, live by the river."

Ketika punk memperoleh tendensi predikat negatif sebagai sebuah aliran musik yang "merusak" musik itu sendiri, album ini menjawab berbagai tanda tanya tentang musikalitas dan skill dalam punk (London Calling). Mereka membawa pemberontakan melewati jalur intelektualitas dengan eksplorasi musik yang kelak mempengaruhi warna di era 80-an (Clampdown). Variasi mereka melebar dari pop renyah (Lost in the Supermarket) menuju modern ska yang santai (Rudie Can't Fail), lalu campuran antara dub dan reggae yang lantang mempropagandakan pesan anti kekerasan dalam hukum (The Guns of Brixton). The Clash membantu punk dalam mencari bentuknya yang baru yang kemudian turut membantu melahirkan genre-genre musik yang lain, salah satu bentuknya dilahirkan dari keberanian mereka dalam "menyelewengkan" musik dengan membuat lagu cinta yang bisa jadi sering dinyanyikan "diam-diam" oleh para punkers sambil berjoget (Train in Vain).

Trivia
Untuk menyemangati para personel The Clash agar lebih soulful dalam proses rekaman, produser Guy Stevens banyak melakukan hal-hal aneh di luar dugaan di dalam studio. Ia sering membanting bangku, tangga, berlari-larian, berteriak tak jelas, berkelahi dengan sound engineer hingga menyiram sebuah piano klasik yang sedang dimainkan oleh Joe Strummer, vokalis, dengan sekaleng bir. Pihak label terpaksa harus membayar 6000 pounds untuk kerusakan yang dibuatnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar