Kamis, 22 September 2011

The Rest is Noise

“They've been saying it for 30 years, ever since The Beatles split up, you know, that rock'n'roll's dead. When ever there's a boom there's always a bit of a lull afterwards. I suppose that avant garde punk rock will come back for a while, and it will all be shit again, and then guitar music will come back.”

(Noel Gallagher)
Untuk menemukan musik bagi saya adalah sebuah peristiwa yang penting; untuk menjadi seorang fan, pendengar setia, seseorang yang merasa terwakili dan terobati oleh gubahan lirik dan musik - terus terang, itu membawa saya pada bentuk pemahaman baru terhadap peradaban, dan menjadikan segalanya terasa lebih mudah untuk dilewati. Saya belajar dari ketiga band ini, yang bubar dalam kurun waktu 3 tahun terakhir - Oasis (2009), The White Stripes dan R.E.M. (2011) - bahwa musik bukan sekedar musik namun juga karya seni intelektual yang berinovasi di setiap era untuk muncul sebagai warisan budaya bagi generasinya; sebuah bukti audio tentang kondisi sosial, politik, dan terutama sebagai sebuah statement tentang perlawanan dan pemberontakan (karena ini adalah rock 'n' roll, walau bagaimanapun juga). Oasis muncul dalam gerakan Britpop di pertengahan 90-an, The White Stripes adalah bagian dari kebangkitan garage di awal 2000-an, sementara R.E.M. adalah pencetus college rock di awal 80-an yang menginspirasi munculnya era alternative rock di dekade setelahnya. Musik adalah sesuatu yang besar, dan bagi saya mereka membawanya ke tempat yang tepat, dnegan nilai historis dan momen-momen monumental yang menandainya, dan yang terutama lagi, mereka membawanya ke hati para pendengar - di mana tidak ada lagi tempat yang lebih tepat dari itu.

Ada pengalaman tersendiri dengan band-band ini. "Pertemuan" saya dengan Oasis menandai perubahan selera musik saya yang signifikan. Seorang teman tanpa sengaja menemukan kaset album keempat Oasis (Standing in the Shoulder of Giants) di WC laki-laki SMP saya dulu di sekitar awal 2000-an. Saya meminjam kaset tersebut dan langsung mendengarnya berkali-kali di suatu malam dan saat itu saya merasakan momen magis seperti "Eureka!" - saya mendapatkan sesuatu; di tengah masa anak-anak seumuran saya mendengarkan Limp Bizkit atau Blink 182, kecintaan saya terhadap Oasis tentulah berarti: saya mendapatkan sesuatu!

Kenangan saya dengan R.E.M. adalah ketika saya terbaring lemah karena sakit, di atas kasur, di dalam kamar yang gelap, saya memutuskan untuk tidur diiringi musik R.E.M. Saya ingat saya mulai tertidur saat lagu "Electrolite" diputar dan tanpa sadar lagu tersebut terus bermain di dalam tidur saya. Saya tidak ingat apakah saya bermimpi yang jelas ketika saya bangun, lagu tersebut masih terngiang di kepala lalu pelan-pelan menghilang. Dan itu terjadi berjam-jam setelahnya, artinya dalam keadaan tidak sadar lagu tersebut terus ada di dalam kepala. Saya memang tidak sembuh berkat lagu tersebut tapi pengalaman tersebut bagi saya terkesan psychedelic.

The White Stripes adalah masa SMA. Saat sedang duduk-duduk di lapangan di luar sekolah dengan seorang teman yang memegang gitar, tiba-tiba dia memainkan sebuah riff. Ia memainkannya berkali-kali tanpa kami tahu lagu apa yang tengah dimainkan. Kami hanya merasakannya sebagai riff yang "pernah didengar di suatu saat" dan "enak untuk dimainkan." Lalu beberapa hari kemudian, sebuah videoklip di MTV dari The White Stripes dengan lagu "Seven Nation Army" ditayangkan dan rasanya seperti "Nah ini dia!" - satu untuk teman saya itu dan satunya lagi untuk musik rock yang bangkit kembali.

Dan pada akhirnya, saya hanya bisa mengatakan terima kasih. Mendengar adalah cara terbaik untuk memperlakukan musik, untuk membuatnya hidup selamanya, dan terkenang abadi, walau saya tahu, rock 'n' roll tidak akan sama lagi.



"It's with some sadness and great relief to tell you that I quit Oasis tonight. People will write and say what they like, but I simply could not go on working with Liam a day longer. Apologies to all the people who bought tickets for the shows in Paris, Konstanz and Milan."


"The White Stripes will make no further new recordings or perform live. The reason is not due to artistic differences or lack of wanting to continue, nor any health issues as both Meg and Jack are feeling fine and in good health. It is for a myriad of reasons, but mostly to preserve what is beautiful and special about the band and have it stay that way. Meg and Jack want to thank every one for the incredible support they have given throughout the 13 plus years of the White Stripes' intense and incredible career. The White Stripes do not belong to Meg and Jack anymore, The White Stripes belong to you now and you can do with it whatever you want. The beauty of art and music is that it can last forever if people want it to. Thank you for sharing this experience. Your involvement will never be lost on us and we are truly grateful."


"To our Fans and Friends: As R.E.M., and as lifelong friends and co-conspirators, we have decided to call it a day as a band. We walk away with a great sense of gratitude, of finality, and of astonishment at all we have accomplished. To anyone who ever felt touched by our music, our deepest thanks for listening."