Minggu, 15 Mei 2011

The Decades of Sex, Drugs, and Rock 'n' Roll: 1990's

"If it's illegal to rock 'n' roll, throw my ass in jail!"

(Kurt Cobain)
 
"I think the most important thing about music is the sense of escape."

(Thom Yorke)

Blood Sugar Sex Magik
Red Hot Chili Peppers

 "Your mouth was made to suck my kiss!"

Didukung oleh kolaborasi permainan gitar yang terinspirasi punk dengan suara bas dan drum yang jazzy, suara vokal Anthony Kiedis mencapai titik terbaiknya di album ini lewat perpaduan teknik rapping, rhyming, dan improvisasi hard rock (Suck My Kiss). Mereka mengadopsi gaya funk yang begitu kental (The Power of Equality) untuk kemudian dipadu-padankan dengan ambience 80-an yang groovy (If You Have to Ask). Saat memainkan lagu dengan tempo yang cepat, mereka mengarahkannya pada semangat nyeleneh dalam kualitas musik yang dibawakannya (Give It Away), sementara itu mereka juga memainkan lagu balada dalam balutan flute dan mellotron untuk membuatnya terdengar "kharismatik" (Breaking the Girl). Album ini menjadi lengkap dengan ekspresi kesendirian dan kesedihan yang sukses dibekukan menjadi karya lagu yang juga adalah komponen penting bagi pergerakan musik alternatif 90-an (Under the Bridge).

Trivia
Album ini direkam di sebuah mansion yang dulu pernah ditinggali oleh Harry Houdini. Tiap personel mengaku bahwa tempat tersebut berhantu dan kerap merasakan sesuatu. Chad Smith, drummer, menolak untuk menginap di tempat tersebut sedangkan John Frusciante, gitaris, berpendapat bahwa hantu di sana bersahabat. Salah satu foto yang mereka ambil di sana memperlihatkan sebuah noda berwarna putih yang dianggap sebagai sebuah penampakan. Foto itu akhirnya dilampirkan di cover belakang album.

Ten
Pearl Jam

"Jeremy spoke in, Class today."

Dibuka dengan sebuah gertakan tentang kegilaan jalan pikiran manusia (Once) lalu merembet ke teriakan macho tentang kompensasi patah hati (Porch), Pearl Jam merekonstruksi nuansa musik rock ke dalam jalur puitisasi mengenai rasa frustasi. Diimbangi oleh permainan riff gitar yang menohok serta vokal khas kumur-kumur, mereka menyodorkan lirik-lirik yang menyibak kisah tragedi dari peradaban modern seperti hidup menggelandang (Even Flow) serta endapan kekesalan dalam keseharian kehidupan remaja terasing (Jeremy). Inilah man-feminism yang dengan caranya sendiri tidak sungkan mengunjukkan jati dirinya sebagai Romeo yang sedang terluka (Black), sementara di sisi lain mampu menanggapi ironi pribadi dengan gema yel-yel yang membahana (Alive). Dan dari sini dekade baru musik rock mengidentifikasikan dirinya.

Trivia
Awalnya, sebagian besar materi di album ini adalah sebuah demo tanpa vokal yang dikerjakan oleh personel Pearl Jam. Sampai akhirnya demo tersebut sampai ke tangan Eddie Vedder yang kala itu bekerja di pom bensin. Tanpa sepengetahuan anggota band, Eddie iseng menulis lirik untuk lagu demo itu dan menyanyikannya sendiri lalu dikirimkan kembali. Hal ini menarik perhatin personel yang lain sehingga mereka merekrut Eddie sebagai vokalis dan memintanya untuk menulis lirik untuk kesebelas lagu yang ada di dalam album Ten.

Nevermind
Nirvana

 "Here we are now, Entertain us!"

Lahir di tengah sebuah generasi yang membutuhkan pelampiasan terhadap rasa resah, Nirvana mengemas emosi tersebut ke dalam "kekasaran" yang artistik yang mewakili setiap suara kemarahan anak muda kala itu (Smells Like Teen Spirit). Dengan mengawinkan etika punk dan metal, musik mereka menjelma menjadi erangan keras yang strike-to-the-point (Breed) ditambah dengan iringan senandung ambigu yang menggema dari refleksi kebingungan jiwa yang memberontak (Lithium) sehingga menghasilkan gema sarkastis terhadap kehidupan sosial (In Bloom). Mereka menerkamnya secara personal dengan pernyataan tentang menjadi otentik (Come As You Are), melepaskan diri dari segala prasangka. Album ini adalah grunge dalam karakternya yang tegas tentang rasa sakit, sehingga walau tanpa distorsi, kesenduannya tetap hidup (Polly).    

Trivia
Saat sedamg merekam lagu Lithium, Kurt Cobain sempat kesal dan frustasi karena tak kunjung menemukan sound gitar yang ia inginkan. Ia pun lalu melampiaskan perasaannya dengan berteriak, memaki, dan membanting gitarnya di dalam studio. Produser Butch Vig merekam kejadian tersebut lalu menggubahnya dengan judul Endless Nameless dan memasukannya ke dalam album sebagai bonus track.

Loveless
My Bloody Valentine

"You can't hide, oh no, from the way I feel."

Dilapisi oleh layer-layer efek gitar, sampel drum, serta vokal mengawang-awang, musik shoegaze memperkenalkan dirinya dengan gimmick yang dingin dan magnetis (Soon). Album ini merupakan sebuah eksistensi perasaan moody dan gloomy yang gelap (Only Shallow) yang terjalin dengan atmosfer trippy pengaruh semacam sexy drugs (To Here Knows When). Semuanya adalah tentang inovasi dan eksperimen sound yang mencoba untuk jauh lebih puitis dibandingkan dengan lirik-lirik yang ditulis (I Only Said) dengan menampilkan vokal echoing yang terendam begitu dalam. Kompleksitas dalam melodi pop-nya melahirkan "ilusi" simfoni magis yang jernih (Blown A Wish) dan karya balada yang dibangun dalam fondasi gitar elektrik yang pekat (Sometimes) berhasil mencairkan rasa frustasi secara perlahan. Tidak ada follow-up dari album ini, karena pencapaian tertinggi telah diraih.   

Trivia
Hubungan antara band dan labelnya, Creation Records, mengalami kemunduran seiring berlangsungnya proses rekaman. Kevin Shields, frontman, mengatakan bahwa awalnya label merasa album ini dapat direkam hanya dalam waktu 5 hari. Namun, Shields adalah seorang yang perfeksionis dan kompleks. Dia mengganti banyak produser dan menggubah lagu dengan banyak eksperimen dan instrumen. Album ini rampung dalam 2 tahun dan membuat Creation hampir bangkrut (walau Shields berpendapat itu adalah hal yang terlalu dilebih-lebihkan).

Slanted and Enchanted
Pavement

 "Everytime I sit around I find I'm shot."

Dengan keunikannya sendiri sebagai antitesa dari segala hal high-definition, mereka masuk ke dalam radar sebagai band lo-fi dengan kualitas suara home recording yang memberi warna baru dalam keragaman musik 90-an (Summer Babe {Winter Version}).  Lirik-lirik komedi (Two States), komposisi lagu sederhana, permainan instrumen yang anti-skill, ditambah dengan keberadaan the best worst-singer (In the Mouth A Desert) turut menyebarkan geek culture sebagai bentuk baru dari trend. Pengaruh noise rock terasa berpadu dengan gaya pop yang renyah (Perfume-V),  yang mengenyampingkan segala keseriusan dan kemuraman filosofi rock alternatif dalam syair parodi-ironi dan musik easy listening (Trigger Cut/Wounded-Kite at :17). Less is more (Here), dan itu dibuktikan dari status cult yang diperoleh album ini.

Trivia
Album ini hanya dikerjakan oleh dua orang, yaitu Stephen Malkmus dan Scott Kannberg, sedangkan ketiga personel lainnya baru bergabung saat band mengadakan tour. Sebelum dirilis secara resmi oleh label Matador Records, album ini disebarkan dalam bentuk kaset dari mulut ke mulut. Baru setelah mendapatkan tanggapan dan kritik yang positif dari para pendengarnya, mereka dilirik oleh label untuk memasarkannya.

Rage Against the Machine
Rage Against the Machine

"Fuck you, I won't do what you tell me."

Mengadaptasi nilai-nilai pemberontakan punk, album ini memunculkan kembali semangat perlawanan anti-establishment ke dalam budaya pop. Tersaji lewat gaya rap old school yang dikawinkan dengan skill mumpuni dalam mengolah efek gitar, mereka tidak hanya melakukan protes lantang terhadap otoritas (Bombtrack) atau pengaruh sosial dari media (Bullet in the Head) tetapi juga merayakan gerakan pemberontakan yang terjadi di mana saja (Freedom). Sasaran utama mereka adalah sistem, terutama pemerintahan Amerika, dengan mempertanyakan makna kebebasan dalam masyarakat (Know Your Enemy) ketika rasisme modern telah begitu mengental di dalam jalan pikiran kebanyakan manusia, dan mereka menyerang balik itu semua dengan "Fuck you, I won't do what you tell me!" (Killing in the Name).

Trivia
Riff lagu Killing in the Name tercipta secara tidak sengaja ketika Tom Morello, gitaris, sedang mengajar seorang murid tentang chord dan tuning gitar. Saat sedang memainkannya, ia langsung memberhentikan pelajaran dan merekam riff tersebut. Esoknya, sebuah lagu akhirnya dibuat di studio lewat kolaborasi semua personel Rage Against the Machine.

Dookie
Green Day

 "Am I just paranoid, Or I'm just stoned?"

Sebut ini sebagai punk atau bukan sama sekali, tapi yang jelas mereka berhasil membungkam debat tak berujung itu dengan musik yang merepresentasikan karakter "nakal" generation X, sebuah generasi yang menyesaki era 90-an. Dari mulai sikap mengeluh (Basket Case), pelampiasan kebosanan dengan cara bermasturbasi (Longview), sampai minggat dari rumah orang tua (Welcome to Paradise). Green Day tampil dengan sangat sederhana dari segi lirik dan musik di mana mereka tidak berusaha untuk menjadi puitis atau bermetafora, namun terus terang dalam menentukan sikap apatis terhadap tanggung jawab sosial (Burnout) dan simpatik terhadap keresahan yang ditimbulkan oleh tekanan sosial (She). Walau dipenuhi oleh keluhan, terutama dari penggunaan kata whine yang berulang-ulang, tapi mereka dengan apik menyampaikan pesan tentang kesetiakawanan diiringi distorsi yang melodius (When I Come Around).

Trivia
Album ini merupakan awal kerjasama Green Day dengan major label Warner Music. Hal ini dianggap bertentangan dengan etika Punk oleh banyak kalangan yang mulai menghakimi Green Day dengan stempel sold-out. Mereka terang-terangan ditolak dan dimusuhi oleh komunitas Punk di Berkeley, kampung halaman mereka dan tempat mereka mengawali karier. Bahkan personelnya sempat diancam akan dibunuh oleh sejumlah oknum tak dikenal.

Superunknown
Soundgarden

 "First it steals your mind and then it steals your soul."

Grunge membuas dalam pengaruh Black Sabbath dan pita suara yang "dipaksa" untuk bergetar hebat demi harmonisasi serta improvisasi Seattle sound ke arah legendaris (Spoonman). Dengan musik yang terkesan lebih berat dari album grunge lainnya, mereka merombak struktur lagu dalam memainkan musik keras (My Wave), membawanya ke titik nada-nada tinggi berlapis geraman dan distorsi (The Day I Tried to Live) yang tidak disangka di satu sisi dapat pula menyentuh hawa perenungan yang sifatnya naratif (Fell on Black Days). Dirilis di masa ketika musik grunge mendekati masa kritis, dan pada akhirnya memudar, album ini seakan menjadi penutup yang gemilang bagi era tersebut karena sebuah mars grunge mereka ciptakan untuk dinyanyikan secara massal bagi siapapun yang merasa terdefinisi oleh kemeja flanel dan jeans robek (Black Hole Sun). 

Trivia
Saat sedang berusaha menulis sebuah lagu di basement-nya, Chris Cornell, vokalis, mendengar suara ketukan di pintu depan tempat tinggalnya. Kemudian ia menghampiri dan melihat bahwa tidak ada seorang pun di sana melainkan seekor burung gereja yang tergelak di lantai dengan leher patah. Burung tersebut tak sengaja menabrak pintu dan Cornell memukulnya dengan batu bata untuk mengurangi penderitaan si burung. Setelahnya ia kembali lagi ke basement dan menulis lagu Like Suicide.

The Downward Spiral
Nine Inch Nails

"You could have it all, My empire of dirt."

Mengambil jalur industrial, Nine Inch Nails melahirkan nuansa dystopian-futuristik mengenai suatu masa di mana manusia mewarisi setiap gejala kerusakan (Mr. Self Destruct) dan Tuhan telah benar-benar mati (Heresy). Disajikan dengan gelap dan kelam (Piggy) serta sound yang menghentak dalam balutan distorsi dari olahan software yang  "kasar"   (March of the Pigs), album ini menjadi inovasi dalam sejarah musik rock. Trent Reznor menggubah ketukan disco menjadi nada kesuraman yang eksotis untuk mengiringi kekuatan liriknya yang eksplisit (Closer) yang tanpa sensor menyampaikan hasrat seksual. Tidak diragukan lagi, lewat album ini Nine Inch Nails telah berhasil menciptakan sebuah anthem untuk rasa sakit yang diawali dengan melodi balada sederhana, lalu kemudian diikuti oleh gelegar nada minor epik (Hurt).

Trivia
Di beberapa lagu di dalam album ini, Trent Reznor banyak memasukkan sample dari beberapa film favoritnya. Intro lagu Mr. Self Destruct diambil dari film THX 1138. Sementara itu suara perempuan di lagu Reptile diambil dari film The Texas Chainsaw Massacre. Masih di lagu yang sama, suara mesin yang muncul diambil dari film berjudul Leviathan dan suara latar di sepanjang lagu ini dipinjam dari film Aliens.

Siamese Dream
The Smashing Pumpkins

"The killer in me is the killer in you."

Tidak lepas dari kegelisahan yang merambah generasi 90-an, album ini merendam tema tersebut dalam sound yang berada di antara dreamy dan heavy yang membuat nuansa kelam berkompromi dengan keriangan (Cherub Rock). Dipersenjatai oleh musikalitas yang merambah setiap hal di jaman alternative rock, dengan meratap mereka bernyanyi tentang child abuse (Disarm), lalu bercerita tentang kebebasan (Rocket), sampai kemudian memuncak dalam energi chaotic yang nyaring (Geek U.S.A.). Walau berisi kisah depresi, mereka mampu mengemasnya dalam feel yang justru terasa mengerdilkan perasaan tersebut (Mayonaise), termasuk ketika sebuah surat wasiat bunuh diri disenandungkan dalam lagu yang di bagian lain menegaskan tentang indahnya kehidupan (Today). Mungkin memang tidak ada yang lebih kompleks dari era ini.

Trivia
Proses pembuatan album ini dihiasi oleh berbagai tekanan dan atmosfer depresif anggota band-nya. Drummer-nya punya masalah ketergantungan heroin yang akut. Gitaris dan basisnya berada di ujung tanduk dari kisah asmara yang mereka jalin dengan percekcokan selama rekaman. Sementara sang vokalis, dihantui terus-menerus oleh keinginan untuk bunuh diri serta ketakutan berlebihan (paranoid) akan kehilangan kemampuan untuk menulis lagu (writer's block).

Live Through This
Hole

 "I am, Doll eyes, Doll mouth, Doll legs."

Sebuah karya masterpiece yang mengangkat perspektif perempuan terhadap mental "kanker" berisi rasa pahit, luka, sakit hati, dan obat-obatan (Violet). Dengan kesedihan yang terekam, mereka menyanyikan tentang kepahitan menjadi wanita (Miss World), lewat keputusasaan yang nyata seakan diperdengarkan bahwa wanita mewakili peran terberat yang harus dijalani seorang manusia dalam hidup (Doll Parts). Tanpa ditutupi, mereka membawa bendera feminisme saat dengan suara serak meneriaki pemerkosaan (Asking for It), kemudian dengan tegas membicarakan isu eksistensi (Gutless) tentang menjadi diri sendiri, dengan resiko apapun (Rock Star). Namun dari semuanya, tidak ada yang lebih emosional dari ketika mendengar Courtney Love bernyanyi di bawah remang lampu sorot ditemani aura panggung yang depresif (Softer, Softest).

Trivia
Judul dan lirik lagu Doll Parts terinspirasi dari kisah hubungan asmara antara Courtney Love, vokalis, dan Kurt Cobain (Nirvana). Suatu kali Love mengirimi Kurt sebuah kotak berbentuk hati yang diberi parfum dan di dalamnya terdapat sebuah boneka dari porselan, tiga bunga mawar kering, sebuah miniatur cangkir teh, dan cangkang kerang. Bingkisan ini merupakan permintaan maaf Love setelah mereka berdua tiba-tiba saja bergulat sehabis pertama berkenalan.


(What's the Story) Morning Glory?
Oasis

 "Slowly walking down the hall, Faster than a cannonball."

Gallagher bersaudara muncul di tengah kemuraman mood musik rock di era grunge dengan tamparan optimisme (Some Might Say), ajakan bergoyang dalam hentakan melodi (Roll With It), serta arogansi yang mengembalikan citra rockstar pada fitrahnya. Sebuah album yang tidak main-main di mana isinya dipenuhi lagu-lagu mars jiwa muda tentang mimpi memperoleh ketenaran (Morning Glory) yang naif, khas kelas pekerja. Tidak ada yang terlalu istimewa dari musikalitas mereka, hanya melodi sederhana serta kekuatan lirik yang menusuk (Wonderwall), walau tak dapat disangsikan bahwa kemampuan sang kreator, Noel, untuk menelurkan nada-nada yang anthemic (Don't Look Back in Anger) memberikan album ini tempat yang tinggi (Champagne Supernova) dalam gelombang alternative nation jilid dua. 

Trivia
Awalnya lagu Don't Look Back in Anger diisi vokalnya oleh Liam Gallagher, namun karena ia kesulitan untuk menyanyikan bagian dengan nada tinggi, proses rekamannya tertunda. Suatu kali, sehabis pulang dari sebuah pub. Liam melihat kakaknya Noel sedang merekam vokal untuk lagu tersebut. Perseteruan pun terjadi dan mereka berkelahi disaksikan oleh manajernya sendiri. Insiden ini membuat band sempat pecah, namun pada akhirnya, suara Noel-lah yang digunakan dalam lagu ini.
 
The Colour and the Shape
Foo Fighters

"Don't wanna be your monkey wrench."

Penebusan dari sisa-sisa grunge ke dalam hard rock yang lantang akan geraman serak yang bersatu dengan sisi lembut melodi-melodi Dave Grohl (Monkey Wrench). Dari mulai UFO (Enough Space) hingga tema standar mengenai hal-ihwal cinta (Walking After You) tersaji dalam flow yang teratur sehingga kekontrasan yang terkandung di sini menunjukkan range emosi yang lebih luas dibandingkan kebiasaan alami grunge. Gebukan drum yang kuat dan rapi mengiringi hymne kepahlawanan yang gagah berani sekaligus sisipan dari sisi kerapuhannya (My Hero). Mereka tampil dalam aksen rock 'n' roll yang keras yang kemudian secara terduga dapat pula terdengar begitu syahdu (February Stars), namun benang merah dari keduanya adalah bahwa album ini bercerita tentang kerinduan (Everlong).   

Trivia
Pada pertengahan lagu Everlong, di bagian instrumental, terdengar suara Dave Grohl, vokalis, yang samar-samar sedang membicarakan sesuatu. Suaranya memang sengaja dibuat demikian dengan kata-kata yang sulit diuraikan. Dave sendiri mengaku bahwa ia merekam suaranya yang sedang membacakan surat cinta, sebuah buku manual, dan menarasikan cerita tentang ayah dari seorang teknisi studio yang sama sekali tidak saling berhubungan.

OK Computer
Radiohead

"Phew for a minute there, I lost myself."

Lewat album ini Radiohead menyebarkan pesan bahwa tidak ada yang lebih membahayakan dari modernitas, di mana tekanan psikis dari kebisingan peradaban dapat menimbulkan panik dan muntah (Paranoid Android) serta bagaimana potongan rambut yang salah, selain dapat mendatangkan rasa mual, juga merupakan tindakan "kriminal" (Karma Police). Elegi psikosis yang "dalam" dengan iringan sound mengawang-awang, mendekatkan "keterasingan" kepada titik kesadaran terjelas tentang kehidupan yang menyedihkan (No Surprises), di mana kekecewaan mengambil bentuknya dalam pitch vokal yang lirih (Let Down). Mereka juga tidak ketinggalan untuk menyelipkan rekaman kekhawatiran terhadap bencana yang paling ikonik dari peradaban modern ini: kecelakaan lalu-lintas (Airbag). Welcome to the late 20th century!

Trivia
Lagu Subterranean Homesick Alien dilatari oleh dua kejadian. Yang pertama adalah inspirasinya didapat dari sebuah esai yang pernah ditulis oleh Thom Yorke, vokalis, saat ia bersekolah mengenai alien yang terdampar di bumi. Yang kedua adalah saat Yorke tengah menyetir mobilnya sendiri lalu menabrak seekor burung. Saat keluar dari mobil ia cemas dirinya akan diculik oleh UFO. Judulnya sendiri dicomot dari lagu Bob Dylan, Subterranean Homesick Blues.

Aenima 
Tool

"To breathe, To feel, To know I'm alive."

Sebuah rilisan influential  dari heavy metal intelek yang membedah secara kritis fenomena modern lifestyle lewat tamparan keras musik progresif (Stinkfist). Mereka membongkar struktur lagu menjadi lebih njelimet untuk mengetengahkan tema-tema yang cukup kompleks dari mulai teori Carl Jung yang menyangkut evolusi "kesadaran" manusia (Forty Six & 2), anti-kristianitas L. Ron Hubbard (Eulogy), lalu hasrat apokaliptik tentang akhir jaman (Aenema), yang semuanya didedikasikan kepada selera humor Bill Hicks. Musik yang "berat" mengungkap kesuraman dalam hubungan antar manusia , baik dalam ranah keluarga (H.) maupun antar lawan jenis (Pushit), yang menguak absurdisme kehidupan dan manusia di dalamnya. Mereka semakin menghentak dalam jamming song yang berisi kritik terhadap kaum hipster, kapitalisme, serta ketenaran mereka sendiri dengan cara yang ambigu (Hooker With A Penis).

Trivia
 Lagu Die Eier von Satan berisi petikan suara seorang laki-laki yang sedang berpidato dalam bahasa Jerman. Latar suara berisi suara audiens yang bersorak dan bertepuk tangan berikut suara yang menyerupai tamparan sehingga lagu ini mengesankan sebuah petikan pidato propaganda militer Nazi. Kata "Satan" di judulnya semakin menguatkan dugaan tersebut. Padahal yang sebenarnya dikatakan oleh suara tersebut adalah resep cara membuat kue tradisional.


Antichrist Superstar
Marilyn Manson

"Hey you what do you see? Something beautiful something free?"

Album konsep shock metal yang penting yang menjembatani mood gelap dan gothic dengan violent content serta kebencian yang eksplisit (Irresponsible Hate Anthem). Dengan signature gitar yang mendengung kencang serta vokal berat yang menjerit-jerit di antara kesakitan dan menakut-nakuti, album ini dengan berani menyinggung masalah agama secara kontroversial (Antichrist Superstar) dan mengangkat beberapa paham nihilis yang frontal dalam eksplorasi upbeat sound  maksimal (Angel With the Scabbed Wings). Marilyn Manson bernyanyi dalam rintihan (Man That You Fear), mengembangkan sisi melodiusnya pada ruang-ruang kegelapan yang menghasilkan semacam kerapuhan dari balik temperamennya (Tourniquet). Secara lebih keras, mereka mengkritik sistem sosial mengenai diskriminasi tersembunyi yang telah lama ditoleransi oleh orang-orang (The Beautiful People). 
   
Trivia
Album ini merupakan sebuah album konsep yang terbagi ke dalam tiga bagian yang menceritakan tentang karakter The Worm. Karakter ini adalah seorang yang menyedihkan dan tersiksa yang mengidolakan sosok bintang rock yang destruktif, The Superstar. Kemudian The Worm akhirnya bertransformasi menjadi  The Disintegrator yang merupakan sosok mengerikan yang menguasai dunia karena pengaruh setan (antichrist) bernama Little Horn. Manson menganalogikan cerita tersebut dengan dunia politik di Amerika. 

Follow the Leader
Korn

"God paged me, You'll never see the light, Who wants to see?"

Dengan menambahkan elemen grunge dan sedikit pengaruh hip hop, mereka meracik musik metal menjadi lebih dinamis dan ekspresif di bawah bendera numetal (Got the Life). Dinyanyikan tanpa growl ataupun lengkingan dan bahkan tidak bisa dikategorikan sebagai bernyanyi, hanya rintihan yang berselang-seling dengan teriakan, mereka tetap mampu mengeluarkan sisi eksplosifnya dengan deras (It's On!). Album ini menampilkan metal dalam kapasitasnya sebagai alat untuk menyampaikan keluh-kesah yang diangkat dari pengalaman menjadi bagian dari masyarakat yang terasing, tersisih (Reclaim My Place), bahkan terhadap lingkungan keluarga sendiri (Dead Bodies Everywhere). Album ini akhirnya banyak merangkul banyak pendengar yang teridentifikasi oleh perasaan yang sama tentang judgement sosial dan keinginan untuk membungkam hal itu (Freak on A Leash).

Trivia
Lagu berjudul Justin diangkat dari kisah seorang anak laki-laki bernama sama yang meninggal karena kanker usus. Anak tersebut menyatakan bahwa permintaan terakhirnya adalah untuk bertemu dengan Korn sebelum ia meninggal. Sementara itu lagu pertama di album ini ada di track ke-13, track 1 sampai 12 masing-masing berdurasi 5 detik tanpa suara apa-apa didedikasikan sebagai momen mengheningkan cipta untuk mengenang kematian Justin.

Slipknot
Slipknot

"Fuck it all, Fuck this world, Fuck everything that you stand for!"

Rentetan kemarahan yang lahir dari tangan sembilan orang yang murka terhadap dunia dan mereka memulai pertunjukan agresinya dengan teriakan provokatif "Here comes the pain!" (Sic). Dilandasi oleh kebencian serta rasa sakit yang kemudian diolah menjadi musik, mereka menampilkan emosinya dalam artikulasi geram (Eyeless), menantang segala stigma dan prasangka dengan parade F words dalam kualitas gertakan berfrekruensi tinggi (Surfacing). Di balik segala macam kebisingan suara-suara, Correy Taylor memuntahkan harmonisasi vokal yang apik lewat perpaduan intonasi serta gaya bernyanyinya yang melompat dari keras menjadi keras luar biasa (Wait and Bleed). Mereka mempermak musik metal lewat campuran teknik rapping serta hardcore yang lebih garang (Spit It Out) lalu kemudian secara idealis mengkritik penghambaan imej di industri musik lewat topeng-topeng yang mereka kenakan.

Trivia
Awalnya di dalam album ini terdapat dua lagu Purity dan Frail Limb Nursery yang dibuat oleh Correy Taylor, vokalis, yang terinspirasi dari cerita penculikan dan pembunuhan seorang gadis bernama Purity Knight. Ternyata kisah tersebut hanya cerita fiktif belaka dan si pengarang merasa keberatan dengan idenya yang dimuat di dalam lagu tersebut. Alhasil dua lagu itu dihilangkan dan diganti dengan lagu Me Inside di versi terbaru albumnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar