Minggu, 15 Mei 2011

The Decades of Sex, Drugs, and Rock 'n' Roll: 1980's

"Music can change the world because it can change people."

(Bono)

"And you have to understand, that's why top 40 radio exists. It's not there for people who seek out music and who love music."

(Michael Stipe)  

Damaged
Black Flag

 "We are tired of your abuse, Try to stop us it's no use."

Dalam perkembangannya, punk terikat oleh batas teritori untuk tumbuh dan Washington DC adalah tempat di mana musik ini berubah menjadi hardcore yang kasar (Rise Above). Agresifitas yang tinggi, lengkap dengan suara beat tergesa-gesa sebagai pemicu gerakan moshing penuh semangat (Gimmie Gimmie Gimmie), serta permainan gitar yang meraung-raung dengan cepat (Police Story), memberikan penegasan bahwa album ini takkan memberikan jeda sedikit pun untuk menarik napas. Terdapat getaran destruktif dalam tarikan mereka yang sedikit menyinggung blues (Damaged I), lalu kemudian bermain-main di wilayah tempo lagu dalam hentakan yang ribut (Six Pack). Bagian terbaiknya adalah sisi riang yang terekspos secara maksimal di balik deru not-not yang merangsek keluar bersama amarah (TV Party). 

Trivia
Album ini sempat mengalami masalah dalam pendistribusian. Distributor Unicorn Records memutuskan bahwa album ini anti-orangtua, dan mereka menyertakan logo di cover belakang yang berbunyi: "As a parent, I found it an anti-parent record." Black Flag kemudian memutuskan untuk mendistribusikan secara indie lewat bantuan label rekamannya SST. Namun akibatnya mereka harus terlibat kasus perdata dengan Unicorn selama dua tahun dengan tuduhan pelanggaran kontrak.

Psychocandy
The Jesus and Mary Chain

"And you throw me away, And you spit on my head, You trip me up."

Menyatukan nilai-nilai tradisi serta mitologi rock 'n' roll dengan kebisingan berlapis-lapis, melahirkan sebuah visi mengenai arah musik alternatif di masa mendatang (Never Understand). Distorsi yang berantakan, seperti dimaksudkan untuk memekakkan telinga (The Living End), berpadu dengan lengkingan gitar dalam desibel tinggi (You Trip Me Up), hadir sebagai sebuah pertanyaan tentang adakah yang lebih berisik dari ini semua (Taste the Floor)? Kedalaman musikalitas mereka tersaji dalam kontras antara angelic voice dan raw guitar yang manis (Something's Wrong). Lagu cinta yang diiringi ketukan degup jantung yang intens lalu bertemu karakter suara yang berat mempersembahkan pujian luhur terhadap perasaan tersebut sambil tetap memperagakan ketidak-acuhan yang dingin khas rockstar kasmaran (Just Like Honey).  

Trivia
Suatu kali band bermain dalam konser di North London Polytechnic. Penonton harus menunggu mereka untuk tampil selama lebih dari satu jam. Ketika akhirnya band muncul, mereka hanya bermain sekitar 20 menit. Penonton tidak puas dan mulai rusuh, melempari anggota band yang sembunyi di belakang tirai panggung dengan botol kosong lalu merusak peralatan dan instrumen di atas panggung. Jim Reid, vokalis, beralasan bahwa seluruh lagu yang mereka  punya saat itu hanya bisa dimainkan dalam durasi 20 menit saja.

Master of Puppets
Metallica

"Your life burns faster, Obey your master."

Tak ada alasan untuk menghentikkan distorsi di album ini, dengan bekal musik thrash yang diusung, dengan geraman machismo, gebukan drum rusuh, permainan gitar yang melebihi speedometer, mereka mengklaim diri sebagai energi baru (Battery). Dalam kaitannya dengan pengkultusan di dalam dunia metal, mereka adalah monster yang mencetus headbanging massal (Master of Puppets) sekaligus raksasa yang mengerang dalam durasi yang panjang tanpa lelah (Disposable Heroes) yang anti mengekspresikan perasaan cinta terhadap apapun. Sarat akan tragedi yang disampaikan oleh empat "binatang buas" sehingga terdengar seperti auman teritoris terhadap karakter musik mainstream era 80-an (Leper Messiah) hingga mereka berani menantang dunia musik dengan menyertakan dua solo gitar dan solo drum sekaligus dalam satu lagu (Welcome Home {Sanitarium}).

Trivia
Kesuksesan album ini harus dibayar mahal oleh Metallica. Saat sedang melakukan rangkaian promo tour di Eropa, bus yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dan terbalik di sebuah kota di Swedia. Basis mereka, Cliff Burton, terhempas keluar jendela dan meninggal seketika setelah sebelumnya ia memenangkan taruhan dengan gitaris Kirk Hammet untuk menempati bagian tempat tidur (bunk) di dalam bus. Penyebab kecelakaan diduga karena kelengahan sopir bus.

Murmur
R.E.M.

"Calling all in transit, Calling all in transit, Radio free Europe."

Debut brilian dari gerakan college rock yang menerobos masuk dunia mainstream dengan sound unik, lirik-lirik abstrak, serta karakter gitar jangly yang tidak datang dari masa lalu, masa kini, ataupun masa mendatang (Moral Kiosk). Karya mereka tidak biasa, disertai dengan gaya bernyanyi yang samar dan lembut (Talk About the Passion) lalu menjadi semacam breakthrough di tengah hingar-bingar rock 'n' roll yang memberikan visi baru mengenai musik alternatif. Album ini menegaskan pentingnya feel sebagai unsur utama emosional lagu sehingga hasilnya adalah karya new wave yang multitafsir (Perfect Circle). Ada suasana jalan-jalan sore cerah yang riang (We Walk), hari-hari sekolah, atau sebuah penebusan dosa yang ringan (Shaking Through). Konsep mereka mengenai musik menjadi berhasil saat orang-orang berdansa di bawah iringan lagu yang syairnya dimaksudkan untuk tidak dimengerti oleh siapapun (Radio Free Europe).

Trivia
Suara unik dan khas yang dihasilkan dari musik R.E.M. di dalam album tercipta karena ketidakpuasan band dengan produser sebelumnya, Stephen Hague. Saat rekaman, Hague lebih menekankan pada aspek teknis dalam bermusik yang membuat band terbebani. Mereka meminta label untuk mencari produser baru dan disetujui. Pengalaman dengan Hague membuat band bekerja dengan sikap menolak apapun yang berbau klise dan teknis seperti band-band rock major label dengan penggunaan gitar solo atau alat synthesizer.


The Queen is Dead
The Smiths

"To die by your side, Is such a heavenly way to die."

Lewat kendaraan indie yang sedang masif berkembang di era 80-an, The Smiths meredefinisi musik rock lewat suara alunan gitar yang "bersih" serta gaya bernyanyi yang berayun-ayun (The Boy with the Thorn in His Side). Tanpa disertai distorsi yang berat, musik mereka merambah suasana baru yang memadukan kejenuhan dengan keriangan yamg melatari melodinya (Some Girls are Bigger Than Others) sehingga kesan dark dari lagu dapat dengan diam-diam membawa emosi yang menyejukkan (Cemetry Gates). Suasana "kelam" ala The Smiths ini meluas ke sisinya yang begitu manis (There is A Light That Never Goes Out), lalu kemudian juga menjadi begitu sarkartis (Bigmouth Strikes Again), walau mereka tetap tidak mampu menahan sisi humorisnya untuk keluar (Frankly Mr. Shankly).

Trivia
Di dalam kredit album tertulis bahwa pengisi backing vocal adalah Ann Coates. Beberapa lagu di album ini memang menggunakan jasa suaranya untuk mengisi bagian vokal yang tinggi. Faktanya Ann Coates adalah tokoh fiktif karena dia tidak lain adalah suara Morrisey, vokalis, yang direkam dengan alat bernama harmoniser yang bisa menaikkan nada suaranya menjadi lebih tinggi dari biasanya.

The Joshua Tree
U2

"We're still building and burning down love."

Inilah sebuah magnum opus yang melejitkan nama U2 beserta musikalitasnya dalam mengembangkan esensi pop ke jalur rock dengan menjaga keseimbangan di antara keduanya dalam harmonisasi  irama (I Still Haven't Found What I'm Looking For). Mereka memperkenalkan inovasi sound lewat hook lagu yang dibangun oleh teknik delay gitar yang meretas imajinasi (Where the Streets Have No Name) sambil merentangkan genre ke ranah folk yang dibentengi kesunyian serta echo (Running to Stand Still). Album ini lahir dari sebuah pencarian tentang makna kehidupan serta peradaban (In God's Country) yang memunculkan kesan tentang hasrat, rasa kerinduan, kehilangan (One Tree Hill), sampai ketika mereka membaurkan semua perasaan tersebut dalam penghayatan yang sentimentil (With or Without You).

Trivia
Video klip single Where The Streets Have No Name dilakukan di atap sebuah gedung toko minuman di Los Angeles. Mereka memainkan lagu tersebut secara langsung dan mengundang banyak penonton yang berkumpul di bawah gedung. Tentu saja hal ini menyebabkan kehebohan dan kemacetan lalu-lintas. Polisi setempat lalu menyuruh mereka untuk segera turun dan di akhir video, polisi akhirnya menghambur di atap gedung memaksa mereka untuk berhenti syuting.

Appetite for Destruction
Guns N Roses
 "Watch it bring you to your sha-na-na-na-na-na-na knees!"

Di sinilah glam rock dan hair metal yang norak bercampur dengan attitude bermusik yang berbahaya serta lengkingan peringatan untuk kelahiran kedua embrio keliaran rock 'n' roll (Welcome to the Jungle). Karya mereka adalah tentang merayakan alkohol (Nightrain), hidup bebas (It's So Easy), lalu tribute terhadap sosok perempuan broken home pecandu narkoba (My Michelle). Namun kegilaan mereka tidak begitu saja mendominasi segala aspek dari kreasi artistik yang tercipta, lewat cara yang membius mereka melukiskan keindahan dalam riff serta melodi yang garang (Paradise City). Dan ingat, kita tak akan mampu membenci Axl Rose dengan segala omong kosong atau perilaku minusnya setelah lagu ciptaannya mengenai masa kecil selalu bisa menggugah hati siapa saja (Sweet Child O' Mine).  

Trivia
Dalam keadaan melarat dan teler akibat obat-obatan mereka sempat melampiaskan kekesalan karena album yang tidak rampung-rampung pada rumah sewaan milik sutradara kawakan, Cecil  B. DeMille. Saat manajer Arnold Stiefel menengok rumah tersebut, ia terhenyak melihat jamban yang dilempar keluar jendela, kotoran manusia di wastafel, bau kencing, lalu sisa-sisa burger yang berlumut. Nilai kerugian yang disebabkan mereka mencapai US$22.000 dan Stiefel pun lalu melepas mereka sebagai klien untuk selamanya.

Daydream Nation
Sonic Youth

"Spirit desire, we will fall."

Musik rock mainstream yang dipenuhi balada cengeng tersingkir secara tidak terhormat oleh lengkingan gitar chaotic yang mengerang dalam noise rock (Silver Rocket). Dengan etos Do-It-Yourself yang mereka usung bersama nilai hardcore dan heavy metal ('Cross the Breeze), mereka menjadi pionir penting dari indie movement dan alternative rock. Banyak menggunakan variasi tuning gitar yang tidak biasa (Hey Joni) ditambah dengan suara gaduh yang lahir dari gesekan berbagai benda di atas senar gitar (Total Trash) menjadikan musik mereka unik dan tidak lekang oleh zaman. Terdapat musikalisasi orasi yang dibalut kocokan gitar protopunk menjadi melodi pengantar yang nyaring (The Sprawl). Setiap lagu adalah guitar song yang cerewet dengan berbagai komposisi, dari yang "mengganggu" sampai ke yang anthemic (Teen Age Riot).   

Trivia
Inspirasi lirik di beberapa lagu di dalam album berasal dari beberapa karya sastra. Bait awal lagu The Sprawl diangkat dari novel The Stars at Noon karya Daniel Johnson. Lagu Rain King diilhami dari judul novel Henderson the Rain King karya Saul Bellow. Sementara lagu Eric's Trip, dan di beberapa bagian dari The Sprawl, mengandung nuansa dari karya-karya novel science fiction William Gibson.

Doolittle
Pixies

 "I am Un Chien Andalusia!"

Inspirasi otentik dari grunge, dengan anti-fashion attitude, tanpa statement yang jelas mengenai genre, hanya struktur loud-quite-loud yang inovatif dan fundamental bagi gerakan alternative yang muncul setelahnya (Debaser). Sangat dipengaruhi oleh punk, menyentuh tema Biblical dan enviromentalism (Monkey Gone to Heaven) namun di sisi lain juga menggabungkan keriaan dengan violence (Wave of Mutilation). Absurdisme mereka mempertemukan "keculunan" dengan kreativitas yang seperti menjadi antitesis dari konsep hero dalam rock 'n' roll (Hey). Tidak diragukan lagi kalau mereka memainkan instrumen dengan suara yang heavy (Gouge Away), tapi  kehebatan mereka juga terletak pada bagaimana mereka meng-kontradiksi karakter musik mereka sendiri dengan menghasilkan melodi distorsi yang happy (Here Comes Your Man).   

Trivia
Walau sukses, album ini menjadi awal mula dari perpecahan di dalam band terutama dengan memburuknya hubungan antara Black Francis, vokalis/gitaris, dan Kim Deal, bassis. Keduanya berselisih mengenai kontrol kreatifitas terhadap materi lagu di dalam album yang kemudian mengarah pada pertengkaran di kala tur. Francis sempat melempar gitar ke arah Kim di atas panggung dan Kim menolak tampil dalam sebuah konser. Band mengalami hiatus setelah tur, walau mereka merilis 2 album lagi namun Francis dan Kim tidak lagi saling bicara.

The Stone Roses
The Stone Roses

"I am the resurrection and I am the light."

Semangat dan roh psychedelic dibangkitkan kembali dengan mengasimilasi musik dance dan rock alternatif (I Wanna Be Adored). Di bawah bendera madchester, sebuah scene terbentuk dengan iringan anthem yang menegaskan kembali era summer of love (Waterfall). Suara vokal yang mengawang-awang dipersatukan dengan permainan gitar yang dinamis menghasilkan harmoni yang terbilang elok (Made of Stone) yang senada dengan tema cinta yang diusung (She Bangs the Drum). Mereka mencomot inspirasi dari era 60-an lalu dengan tepat memperkenalkannya kembali kepada generasi postmodern (This is the One) dan di masa ketika musik electronic merajai chart dimana-mana, maka tak heran bila album ini mewakilli dunia rock 'n' roll sebagai kebangkitan baru (I am the Resurrection). 

Trivia
Artwork dari cover album ini dirancang sendiri oleh John Squire, gitaris, yang terinspirasi langsung oleh lukisan pelukis Jackson Pollock tentang sebuah kerusuhan di Paris pada 1968. Ia menambahkan gambar tiga buah lemon setelah mendengar cerita Ian Brown, vokalis, yang kebetulan bertemu dengan orang yang pernah terlibat dalam kerusuhan itu di Prancis. Orang tersebut menceritakan bahwa saat kerusuhan lemon  digunakan demonstran sebagai penawar untuk gas air mata polisi. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar