"We are more popular than Jesus now;I don't know which will go first -Rock 'n' roll or Christianity."(John Lennon)"Play it fuckin' loud!"(Bob Dylan)
Rock 'n' roll, bukan sekedar musik yang keras, penuh distorsi, tempo cepat, serta teriakan-teriakan pembangkit semangat, lebih jauh lagi ini adalah sebuah karya intelektual, dengan sejarah sound yang dinamis, berkembang, serta berubah bentuk mengikuti arus pemikiran jiwa-jiwa pemberontak di sepanjang zaman. Lewat lagu-lagu yang tersimpan dalam album-album yang dibuat melalui perjalanan panjang ide-ide, daya kreasi, hasrat berinovasi, dan tentu saja, arogansi menjadi rockstar, rock 'n' roll terdokumentasikan secara baik, liar, sekaligus menawan yang membawa pendengar, pemuja, fans, pada level baru dari ketundukan terhadap melodi dan harmonisasi. Semuanya diawali dari indera pendengaran, lalu rock 'n' roll menjadi kendaraan yang tepat untuk membawanya menuju hati, jiwa, dan pikiran, sampai akhirnya ke setiap tempat yang belum pernah terjamah. Inilah rock 'n' roll dalam perjalanannya yang melesat cepat, terjal, terpuruk, bangkit, menggebrak, nyaris mati, bermetamorfosis, berevolusi, stagnan, revolusioner, dan hidup untuk selamanya!
Highway 61 Revisited
Bob Dylan
"How does it feel? To be without a home?"
Sebagai suara yang dianggap mewakili satu
generasi, Bob Dylan mengangkat statusnya ke level legendaris setelah dengan
tegas sekaligus puitis menyerukan kegelisahan melalui sebuah anthem (Like
A Rolling Stone). Dylan
tidak mendefinisikan genre musiknya secara spesifik, namun aroma protes di
dalamnya menghentak bersama dengan irama rock ‘n’ roll yang dimainkan (Tombstone
Blues). Kritis dalam menyinggung topik-topik sosial yang mengenai hubungan
antar-manusia (From A Buick 6) dan tak ketinggalan iapun mengisahkan
satir politik (Queen Jane Approximately) sebelum kemudian meluncur ke
akar blues yang lebih fasih mengekspresikan kepahitan (Ballad of A
Thin Man). Album ini diawali oleh sebuah hentakan dan kemudian ditutup oleh
sebuah renungan panjang tentang kehidupan dari koridor gelap nan sunyi (Desolation
Row). Transisi Dylan yang liar, yang walaupun sempat terasa asing dan
"mengganggu" namun gaungnya menembus setiap dekade di mana rock
berada.
Trivia
Album
ini menandakan masa-masa transisi bermusik Bob Dylan dari akustik ke elektrik
yang oleh para fans setia musik folk dianggap sebagai bentuk
pengkhianatan. Saat mengadakan konser di Newport Folk Festival, sehabis
membawakan lagu Like A Rolling Stone Bob disoraki oleh para penontonnya
dengan cacian dan hinaan. Kabarnya akibat kejadian ini dia merasa syok dan
sampai harus meneteskan air matanya di belakang panggung.
The Doors
The Doors
"Try to set the night on fire!"
Untuk sebuah karya di era flower
generation, album ini mampu merangkum dengan baik perjalanan psychedelic
yang memusingkan yang dibalut irama-irama magis (Light My Fire).
Nuansa rock yang keras berpadu serasi bersama syair-syair indah Jim Morrison,
menghasilkan kontradiksi yang magnetis (Break on Through (To the Other Side))
dengan tambahan sound blues yang berat sebagai sebuah karakter yang
mereka anut (Back Door Man). Lagu cinta mengalir dalam flow yang
gelap dengan efek acid trip yang begitu kentara (The Crystal Ship)
sementara di sisi lain melodi sing-a-long menghadirkan suasana
terang bulan yang syahdu (Alabama Song (Whisky Bar)). Sisi gelap yang
dimunculkan dalam album ini adalah sebuah kontemplasi suram yang menekan
imajinasi sampai ke batas "kesuntukan" yang sempurna (The End).
Trivia
Lagu
The End tercipta jauh sebelum The
Doors merilis album debutnya. Pada suatu ketika mereka mengadakan show
di sebuah klub dan membawakan lagu ini. Jim Morrison mengubah baitnya dan
berteriak, "Mother, I want to fuck you!" yang kemudian
disambut oleh riuh-rendah penonton. Hal tersebut dianggap tidak senonoh dan
mereka diusir oleh sang manajer klub. Peristiwa itu akhirnya sampai ke telinga
bos Elektra Records yang tertarik dengan imej band dan langsung mengontrak
mereka untuk merilis album.
The Velvet Underground & Nico
The Velvet Underground
"Heroin, be the death of me."
Inilah sebuah
eksperimen avant-garde yang meletakkan fondasi awal bagi setiap gerakan
visioner dalam dunia rock (All Tomorrow's Parties). Penggunaan riff
gitar yang repetitif adalah awal dari ide mengenai distorsi punk yang kasar (I'm Waiting for the
Man), dan tribute-nya terhadap narkotika adalah senandung epos yang lengkap
dengan transisi tempo yang menggila (Heroin). Mereka muncul dengan
gebrakan ekspresi kebebasan yang nyata. Mereka mengangkat tema-tema yang tidak
biasa seperti kisah sosok pengedar narkoba, malaikat maut, atau bahkan pelaku
sadomasokis (Venus in Furs). Suara Nico yang agak kaku membawakan lagu
cinta dengan kesan yang elegan dan damai (I'll Be Your Mirror) sementara
suara lembut Lou Reed membawakan atmosfer dream pop yang menggoda tanpa
henti (Sunday Morning).
Trivia
Keterlibatan
Nico, solis wanita asal Jerman, di album ini adalah karena campur tangan
produser Andy Warhol. Setelah album ini dirilis, band tidak lagi berkolaborasi
dengan Nico karena mereka menilai Nico kurang disiplin dan tidak profesional.
Dia selalu telat datang untuk show dan menghabiskan banyak waktu di
kamar rias untuk ritual bakar lilin yang aneh. Selain itu, tuli parsial yang
dideritanya sering mempengaruhi harmonisasi lagu dan dijadikan bahan olok-olok
personel lainnya.
Are You Experienced?
The Jimi Hendrix Experience
"Excuse me while I kiss the sky."
Seperti petir di tangan Zeus, gitar
listrik dengan pasrah menyerahkan dirinya kepada sang dewa Jimi Hendrix untuk
"diperkosa" agar mengeluarkan suara mengerang yang dahsyat (Purple
Haze). Feedback dan riff bercampur aduk dalam kocokan
tangan Jimi (Foxy Lady) sementara melodi blues yang aduhai menerjang
terus-menerus tanpa ampun (Red House). Mereka meraih tampuk popularitas
berkat keterampilan aransemennya dalam memberikan energi pada sebuah lagu (Hey
Joe) dan mantra sihir blues yang
kental untuk mengiringi damainya suasana mellow psychedelic (The
Wind Cries Mary). Warna yang khas dari musik mereka adalah sound
pembangkit semangat yang mengalir deras dari penggunaan gitar elektrik yang
maksimal serta ketukan up-beat yang sangat liar (Fire). Setelah
ini, gitar listrik menjalani takdir hebatnya di dunia.
Trivia
Pada
awalnya album ini kurang mendapatkan respon bagus di Amerika Serikat, sampai
ketika mereka mengadakan konser di Monterrey Pop Festival. Dengan nekat Jimi
Hendrix membakar gitarnya sendiri di atas panggung sehabis lagu terakhir
dibawakan. Aksi tersebut mengundang decak-kagum para penonton dan setelahnya
nama mereka menjadi terkenal walaupun harus dibayar mahal dengan luka bakar
yang diderita Jimi di tangannya. Ia dilarikan ke rumah sakit sehabis konser
tersebut. Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band
The Beatles
Ketika The Beatles
bosan menjadi "Beatles", mereka menggunakan imajinasi terliarnya
untuk keluar dari zona nyaman dan mencapai puncak kreatifitas. Album konseptual
yang menjadi soundtrack dari "summer of love" (Lucy
in the Sky with Diamonds), kaya akan eksplorasi serta inovasi dari segi sound,
songwriting sampai teknologi rekaman. Mereka menjelajahi setiap jenis
musik dari mulai waltz (When I'm Sixty-Four) sampai ke musik
tradisional India (Within You, Without You), menggunakan setiap
instrumen yang mungkin dari sitar, harpischord, strings, sampai
peluit anjing. Mereka berubah dari musisi menjadi seniman, memoles lagu rock
sederhana jadi lebih rumit (Getting Better), lalu mengkreasikan setiap
melodi dengan manuver-manuver ajaib (She's Leaving Home) yang tidak
hanya mengubah rock, tapi musik secara keseluruhan. Di sinilah, suara John
Lennon dan Paul McCartney bersahutan di tengah orkestra yang panjang nan
epileptik (A Day in the Life), untuk sensasi orgasme di telinga.
Trivia
Konsep artwork dari cover album ini terbilang revolusioner di masanya. Para personel band berdiri bersama kolase dari 60 lebih tokoh-tokoh terkenal yang dianggap menginspirasi mereka dari kalangan aktor, musisi, ilmuwan, atlet, penulis, sampai guru spiritual. John Lennon sempat ingin menyertakan Yesus Kristus dan Adolf Hitler, namun keinginan itu ditolak karena terlalu kontroversial. Total biaya pembuatan cover itu mencapai 3000 poundsterling, padahal kala itu rata-rata biaya cover album hanya 50 poundsterling.