Sabtu, 23 Januari 2010

The Greatest Artist's of My-Own-Opinion-Land (and why they are all)



"My role in society, or any artist's or poet's role,
is to try and express what we all feel.
Not to tell people how to feel.
Not as a preacher, not as a leader,
but as a reflection of us all.”

(John Lennon)

Ketika saya menuliskan kata artist atau dengan kata lain seniman, maka ini berarti saya menuliskan tentang orang-orang yang beruntung diberkahi semacam bakat dan menggunakannya untuk mengekspresikan dirinya, kehidupan, perasaan, atau apapun itu ke dalam bentuk-bentuk yang, entah bagaimana caranya, mengundang rasa kagum, atau katakanlah indah, artistik, estetis, dalam, menyentuh, dan tidak jarang juga menghipnotis. Ketika saya membicarakan kata artist, maka saya membicarakan mengenai karya, dalam bentuk apapun, terlihat maupun tidak, berwujud fisik atau yang hanya bisa dirasakan, didengar, dilihat, dibaca, hanya bisa disentuh oleh cara atau momen yang berada di alam bawah sadar kita, sehingga dengan sendirinya kita merasa bahwa jiwa kita telah terwakili oleh karya-karya tersebut. Ketika saya berpendapat tentang artist yang hebat, maka saya membicarakan orang-orang yang tidak hanya melakukan pekerjaan dan hidup sebagai seniman, tapi juga hadir untuk merekonstruksi dunia ini dengan cara mereka masing-masing, menyebarkan isi otak mereka ke segala penjuru dunia, lalu menegaskan garis pemisah yang jelas antara mereka dan jutaan manusia lainnya lewat makna kata “jenius”.

Alan Moore



Known as: Comics writer
Notable works: Watchmen, V for Vendetta, From Hell, The League of Extraordinary Gentlemen

Why does he matter:
Alan Moore telah mengangkat derajat komik atau novel grafis menjadi setingkat dengan karya-karya sastra. Ia mengubah setting superhero berjubah lengkap dengan celana dalamnya dari sebuah kota yang sewaktu-waktu bisa didatangi penjahat super yang ingin menguasai dunia, ke dalam dunia suram dengan kondisi politik perang dingin yang memanas yang disajikan dengan begitu apik dan cerdas. Ia membuat Gotham City terasa seperti Wonderland bila dibandingkan dengan gambarannya mengenai Inggris di bawah kondisi totaliarisme di mana untuk bermimpi buruk seseorang tidak perlu tertidur. Atau bandingkan juga dengan gang-gang sempit di abad 19 di mana potongan bagian dalam tubuh manusia bisa saja terinjak secara tidak sengaja oleh siapapun yang melintas. Sebagian besar karyanya memang bernuansa satir, sebagai “parodi” bagi kehidupan sosial dan politik yang mana kekuatan di dalamnya adalah kemampuannya untuk menyampaikan tragedi ke dalam batin pembacanya dengan cara yang lebih cepat dan menarik dari novel-novel Rusia manapun.

Andy Warhol


Known as: Painter, Printmaker, Filmmaker
Notable works: Campbell’s Soup Cans; Marilyn Diptych; Eight Elvises; Camouflage
Why does he matter: Kata avant garde di tahun 60-an begitu sering diucapkan dan disematkan pada tokoh-tokoh seniman kala itu, namun dari semuanya tidak ada yang lebih pantas untuk menyandangnya selain dari Andy Warhol. Yang menjadi alasan utama adalah pengaruh serta nilai dari karya-karyanya yang tak terelakan lagi begitu melekat pada disiplin ilmu desain. Andy Warhol adalah sosok yang paling bertanggungjawab dalam membuat seni di atas kanvas menjadi populer dan mewabah lewat permainan warna yang mencolok, rekonstruksi wajah Marilyn Monroe, dan sebuah kaleng sup tomat. Dia tidak hanya berhenti di situ saja, beberapa persepsi seninya yang bagi sebagian orang terkesan membingungkan, ia tuangkan pula ke media lain seperti film dan musik dengan tema-tema yang konseptual. Andy Warhol mungkin dianggap terlalu berlebihan untuk disebut sebagai pelukis, namun akan menjadi terlalu aneh juga bila dirinya tidak diakui sebagai bagian dari samudra seni lukis dunia. Karya-karya Warhol memiliki kualitas inspirasi yang sangat kuat, mengikat dan memagari konsep desain dimanapun tempat dan bentuknya serta mewarisi kekuatan utama seni yang bernama keabadian, yang akan membawa gaung avant garde-nya menempuh periode-periode selanjutnya di masa depan, marasuki kepala para jiwa muda, dan sebagian dari mereka yang merasa keren karenanya, sehingga kelemahan fisik, status selebritis, dan percobaan pembunuhan terhadapnya tidak akan menjadi lebih penting dari gambar pisang yang Ia buat.

Bob Dylan



Known as: Musician, Poet
Notable works: Freewheelin’ Bob Dylan; Highway 61 Revisited; Blonde on Blonde; Blood on Tracks

Why does he matter:
Joan Baez berpidato sebagai bagian dari pengantar konser Bob Dylan di Newport Folk Festival tahun 1964 bahwa setiap generasi membutuhkan suara yang mewakili mereka. Dan ketika Bob Dylan tampil di atas panggung dengan gitar akustik dan harmonika-nya, semua orang yang hadir di sana duduk diam, mendengarkan “suara mereka” tertiup angin sepoi-sepoi menuju kepala mereka dengan merdunya. Mereka menyaksikan dengan khusyuk refleksi kegundahan mereka terhadap kondisi sosial di kala itu dan kerinduan akan perubahan. Dan ini jugalah yang diperlihatkan oleh Bob Dylan ketika di malam harinya pada konser yang sama, ia memainkan gitar listrik dan bersama band-nya menampilkan distorsi dan tempo cepat pada lagu-lagunya. Penonton tidak suka, mereka bahkan mencemooh, tapi inilah suara Dylan, suara perubahan. Dylan tidak pernah menjadi artis yang sama, ia menyanyikan balada dengan aksen selatan yang kental layaknya seorang bocah desa yang menenteng gitar kemana-mana, lalu berteriak lantang bak orator yang menyindir semua kekacauan yang dilihatnya, kemudian dengan suara sengau bernyanyi dari balik basement seperti seorang pujangga yang terasing, dan bahkan ia merubah musiknya ke dalam atmosfer gipsi yang dipenuhi aroma misteri. Dylan tidak tersentuh waktu, suaranya tak pernah usang, ia masih mewakili tiap generasi sampai sekarang dan terus bernyanyi karena dia tidak akan pernah berhenti untuk selalu berubah.


Charlie Kaufman


Known as: Screenwriter, Film Director
Notable works: Being John Malkovich; Adaptation; Eternal Sunshine of the Spotless Mind; Synecdoche, New York
Why does he matter: Charlie Kaufman bisa dibilang adalah seorang eksistensialis modern. Karya-karyanya selalu mewakili pertanyaan atau bahkan kegelisahan manusia dalam kaitannya dengan tema-tema filosofis seperti identitas, takdir, keabadian, makna dan tujuan hidup yang disampaikan lewat perspektifnya yang unik. Kombinasi keunikan dan eksistensialisme inilah yang akhirnya melahirkan Donald Kaufman, sang alter-ego, tokoh imajiner, atau mungkin justru adalah dirinya sendiri yang lama tersembunyi dalam alam bawah sadarnya. Charlie meletakkan dunia pencariannya yang kaya imajinasi dan dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang labil dan neurotik ke dalam layar lebar. Kesimpulan dari cerita-ceritanya memang tidak menawarkan hal baru, hampir bisa ditebak, dan bahkan sudah menjadi bagian dari pendapat umum, namun yang perlu diperhatikan adalah caranya dalam menampilkan prosesnya yang bisa jadi sangat manis (Eternal Sunshine…), ironis (Being John Malkovich), penuh teka-teki (Adaptation), atau mungkin membingungkan (Synecdoche) dan selalu berhasil bertahan di kepala penonton dan terus berputar-putar di sana untuk waktu yang lama. Kemahirannya dalam mengolah sebuah tema berat lewat kreatifitas bertutur cerita adalah modalnya untuk selalu dapat melahirkan karya-karya tour-de-force dan menjadikannya sosok berpengaruh di Hollywood.


Coen Brothers (Joel & Ethan Coen)



Known as: Film Director, Screenwriter
Notable works: Fargo; No Country for Old Men; The Big Lebowski; O Brother Where Art Thou?
Why do they matter: Selain dari cerita yang bagus, apa yang dibutuhkan oleh film adalah karakteristik atau ciri khas penyutradaraan —yang dalam hal ini berarti turut melibatkan keunikan dari kepribadian sutradara dalam kehidupan nyata— yang dituangkan kepada setiap adegan di dalam film. Joel & Ethan Coen memiliki kapasitas visi yang memadai untuk mampu memperluas cakupan film-film yang mereka garap lewat banyaknya topik yang diangkat, variasi genre yang diadopsi, dan periode masa yang bermacam-macam namun selalu dihiasi dengan unsur screwball comedy, thriller, ataupun gabungan keduanya, yang mewakili sisi unik mereka sebagai seniman. Mereka menciptakan karakter-karakter ikonik yang bisa dibilang berangkat atau terbentuk dari kondisi Amerika yang melatarbelakangi setting ceritanya, karena memang inilah yang selalu dilakukan The Coens, yaitu membuat film yang mewakili Amerika sehingga tidak heran kalau terkadang film mereka dihiasi oleh ironi American dreams. Mereka juga ahli dalam membalut dark comedy ke dalam setiap tema kekerasan sehingga seringkali bukannya teror yang dirasa oleh penonton melainkan seni pengalaman sinematis (No Country for Old Men, saat Javier Bardem mencekik leher seorang polisi hingga meronta-ronta di atas lantai). Mereka telah bertahan selama beberapa dekade namun tidak pernah menimbulkan kebosanan walaupun kita bisa melihat jejak repetitif dalam film-filmnya, bahkan orang-orang tampaknya masih betah untuk melihatnya lagi dan lagi dalam beberapa dekade ke depan. Kalau sudah begini, berarti mereka sekarang sudah menjadi legenda hidup.



Herge


Known as: Comics writer, Illustrator
Notable works: The Adventures of Tintin
Why does he matter: Ketika cerita komik bisa bertahan selama beberapa dekade, terus menarik hati pemnggemar baru, dan dibicarakan oleh setiap generasi maka yang patut diingat adalah sosok di balik itu semua, dan Herge adalah orang yang meniupkan napasnya pada Tintin sehingga untuk bisa terus hidup walaupun sudah lama sekali ceritanya berakhir. Rahasia Tintin selain dari petualangan seru yang diselingi dengan humor slapstick-nya adalah kejelian Herge dalam menyelipkan isu-isu humanisme dan sosial yang menjadikannya sebuah satir yang menghibur —kalau tidak mau dibilang menertawakan— bagi kondisi politik di belahan dunia manapun kala itu. Diwarnai dengan krisis pribadi yang menyerangnya, termasuk perasaan yang ditakuti oleh setiap seniman yaitu ketika ide menjadi tumpul, dan juga beberapa pencekalan, Herge melewati semua tekanan dengan menggambar yang semakin meningkatkan kreatifitas dan visinya seperti yang ia lakukan saat mendaratkan Tintin di bulan jauh sebelum Neil Armstrong mengukur setelan astronotnya. Gaya ligne claire yang ia cetuskan dan tampilkan di setiap komiknya membuat karyanya begitu digemari oleh orang-orang dari berbagai usia dan bahkan menginspirasi gerakan-gerakan seni gambar dan lukis yang muncul setelahnya. Herge adalah nama yang menjadi bagian dari kebudayaan populer yang karena jasanya telah membuat orang-orang mengingat nama Belgia.


Jimmy Page



 
Known as: Guitarist, Songwriter
Notable works: Led Zeppelin I, Led Zeppelin II, Led Zeppelin III, Led Zeppelin IV (with Led Zeppelin)
Why does he matter: Oke, semua orang setuju Jimi Hendrix-lah sang dewa gitar. Tapi tanyakan tentang siapa yang pantas memperlakukan gitarnya bak seorang wanita anggun dan menari-nari bersamanya dengan elegan di bawah mantra rock ‘n’ roll yang ia mainkan, maka jawabannya adalah Jimmy Page. Tidak ada orang yang mampu bercinta dengan gitarnya sebaik dia. “Stairway to Heaven” menunjukkan bagaimana awalnya ia merayu sang gitar, menggodanya, merangsangnya, lalu bercumbu, kemudian bercinta sampai akhirnya mencekik lehernya, mengoyak-ngoyak tubuhnya, menghujamnya berkali-kali dan berakhir pada orgasme yang sunyi. Di atas panggung, seringkali ia tampil dengan rambutnya yang menjulur menutupi sebagian wajahnya seolah-olah ia menikmati alienasi yang ia ciptakan sendiri lewat musiknya. Suara petikan Jimmy adalah obat bius yang bersembunyi di balik hingar bingar distorsi dan melodi untuk melepaskan mahluk liar serta meneriakkan kebebasan bagi siapapun yang mendengarnya. Bahkan setelah beberapa dekade berlalu, suara gitar Jimmy Page masih menjadi tempat kembali bagi siapapun yang menginginkan suatu pelampiasan dari kerinduan terhadap kualitas.



John Lennon



Known as: Musician, Singer-Songwriter
Notable works: Revolver, Sgt. Peppers Lonely Heart’s Club Band, The White Album (with The Beatles); Plastic Ono Band, Imagine (Solo Career)

Why does he matter: John Lennon adalah sebuah nama yang di dalamnya terkandung makna yang lebih besar daripada The Beatles, lebih besar daripada musik populer, lebih besar daripada Inggris, dan tentu saja jauh lebih besar daripada gaya rambut moptop. John adalah keseluruhan ide, gagasan, kreatifitas, imajinasi, semangat eksperimen, inovasi, dan rangkaian melodi artistik yang bermuara pada satu kata, yaitu cinta. Karya-karya musik John Lennon berputar-putar pada masalah cinta yang justru membuat makna cinta menjadi lebih luas bukan hanya hubungan antara laki-laki dan perempuan tapi juga merambat pada kemanusiaan dan konsep perdamaian dunia. Selain dari selera humor dan keahlian menggubah lirik, sifat bengal John juga menjadi bagian dari kharismanya yang membuat semua pihak yang mendukung perang Vietnam di tahun 60-an seperti memiliki sesuatu yang dapat menyengat bokongnya sewaktu-waktu. John adalah seorang pemimpi yang tidak hanya menyimpan mimpi-mimpinya dalam gudang angan-angan tapi membawanya keluar dengan mengajak semua orang untuk ikut bermimpi, berbagi, dan mewujudkannya bersama-sama. Musik John Lennon tidak pernah menjadi begitu sederhana dan tidak pula terlalu rumit untuk dimengerti tapi memiliki kedalaman yang mampu mempengaruhi para pendengarnya untuk mulai mengambil gitar dan menciptakan musiknya sendiri lalu menyuarakan apa yang mereka percayai dengan bebas, atau yang terburuk, mempengaruhi mereka untuk merasa dirinya adalah John Lennon. John adalah warisan abad 20 yang paling berharga bagi setiap generasi yang ada di bumi, dan ketika ia mengatakan bahwa The Beatles lebih populer ketimbang Yesus, sepertinya ia mengatakan itu atas nama dirinya sendiri.



John Ronald Reuel Tolkien



Known as: Author, Poet
Notable works: The Hobbit; The Lord of the Rings; The Silmarillion
Why does he matter: Setiap kali membaca novel-novel karya Tolkien ada dua gagasan yang terbesit. Pertama adalah mempercayai jargon bahwa imajinasi manusia adalah sebuah ruang yang tidak memiliki batas, dan yang kedua, lebih bersifat takhayul, adalah bahwa Middle-Earth, hobbit, peri, naga benar-benar ada dan Tolkien adalah orang yang berhasil melintasi waktu lewat lubang cacing untuk menyaksikan semuanya. Tolkien adalah manifestasi dari imajinasi yang luar biasa dipadu dengan kefasihan dalam berdongeng yang menampilkan sebuah epik kemanusiaan, kepahlawanan, persahabatan, dan harapan yang dibungkus rapi dalam balutan fantasi. Tolkien berhasil memasukkan kisah fantasinya ke dalam ranah kesusateraan dunia yang di kala itu sulit untuk mendapatkan tempat dan memperoleh pengakuan sebagai bentuk fiksi yang berbobot. Trilogi The Lord of the Rings mendapatkan titel sebagai kekuatan baru novel tidak hanya karena ceritanya saja, tapi juga detail yang ditampilkan serta fiksi sejarah dan mitos yang telah secara de jure menegaskan bahwa novel-novel lain tidak lebih hanyalah kumpulan cerita karangan biasa. Kesungguhan dan integritasnya dalam menulis cerita novel bisa jadi diwariskan dari pengalaman disiplin dalam kesehariannya sebagai seorang professor di sebuah universitas yang terbiasa dengan hal-hal sistematis dan riset. Suatu hal yang patut disyukuri bahwa pada akhirnya, dalam masa hidupnya, ia diberi rasa kejenuhan terhadap menulis buku-buku textbook dan mengajar, kemudian beralih pada kesibukan mengarang cerita untuk pengantar tidur cucunya. 


Kurt Cobain


Known as: Musician, Songwriter
Notable works: Nevermind, In Utero, Unplugged in New York (with Nirvana)
Why does he matter: Sehabis melakukan konser akustik bertajuk ‘unplugged’ yang terkenal itu bersama band-nya, Kurt Cobain menelepon sang ibu di belakang panggung lalu menangis dan mengatakan bahwa ia telah melakukan konser terbaik dalam hidupnya. Sebelumnya, Kurt juga pernah menangis di belakang panggung dalam suatu konser yang dihadiri oleh ribuan orang yang memujanya, namun bedanya adalah saat itu Kurt menangisi ketenaran yang menempel padanya. Inilah sosok antithesis dari dunia selebritis, kebintangan, atau popularitas di mana setiap orang ingin meraihnya, Kurt justru menanggapinya dengan memerankan seseorang yang bersembunyi dan berlari seakan-akan dikejar hantu. Kurt adalah seorang pemalu yang bersembunyi di balik rambut panjang keemasannya dari tajamnya lampu sorot yang teriakannya, entah mengapa, mampu menggerakan satu generasi untuk berbaris di belakangnya dan berorasi dari ruang kebosanan, kesedihan, dan pengabaian. Yang membuat dirinya merasa bermusuhan dengan keselebritisan adalah karena Kurt lebih menghargai karya-karyanya ketimbang sosok pribadinya sendiri dan dengan caranya ini ia berhasil mewakili kelabilan remaja saat itu untuk membangkang pada kondisi stagnasi yang mereka bentuk sebagai tameng dari tuntutan lingkungan materialis. Ia adalah kemarahan dari sebuah generasi. Dan ia merasa telah menyampaikannya secara khidmat pada konser ‘unplugged’ yang hanya dihadiri oleh segelintir orang itu dengan hiasan lilin-lilin di segala penjuru yang memberi makna sakral pada momen-momen terakhir kehadirannya di muka bumi.

Kurt Vonnegut



Known as: Novelist
Notable works: Slaughterhouse-five; Cat’s Cradle; Breakfast of Champion; The Sirens of Titan
Why does he matter: Saat orang-orang mulai menggemari kisah-kisah mengenai penyihir atau vampir penyebab pertama adalah mungkin mereka terlalu malas untuk membaca novel-novel yang mangangkat tema cinta, persahabatan, kepahlawanan, perselisihan kelas sosial, atau kisah-kisah motivasi. Penyebab kedua adalah mereka tidak mengetahui bahwa ada seseorang yang menulis novel tentang seorang tentara yang jalan hidupnya tidak terikat waktu, agama lucu-lucuan bernama Bokonism, evolusi manusia menjadi mahluk sejenis singa laut, atau suatu masa di mana di bumi ini hanya tersisa satu orang yang benar-benar hidup sebagai manusia, yang tentu saja secara tema lebih atraktif ketimbang novel-novel lain yang beredar di pasaran. Kurt Vonnegut lebih tepat disebut sebagai seorang satiris yang pandai memainkan ironi untuk tema-tema berat seperti perang, industrialisasi, kapitalisme, agama, free will, jati diri, atau sejarah peradaban yang dipadukan dengan gaya humornya yang cerdas sekaligus suram. Karya-karya kontemporer Kurt lahir dari keluh kesah dan kecenderungannya untuk secara serius menanggapi suatu kehancuran, baik itu kehancuran moral manusia maupun kehancuran sistem tata surya ini kelak, yang sekelebatan mungkin pernah ia saksikan sendiri saat menjadi tahanan perang NAZI. Kurt selalu punya cara unik dalam menyampaikan pesan dalam novel-novelnya sehingga tiap kerutan yang muncul di dahi pembaca bukanlah  menyiratkan kebingungan melainkan karena mereka mendengar suara Kurt yang sedang menertawakan diri mereka sendiri.

Michel Gondry


Known as: Film, commercial, and music video Director
Notable works: Eternal Sunshine of the Spotless Mind; The Science of Sleep; Be Kind, Rewind
Why does he matter: Prancis telah sejak lama mewariskan kualitas dan inovasi pada kancah perfilman dunia lewat sutradara-sutradara auteur, film-film gaya baru dan artistik, dan tentu saja, festival film Cannes yang tidak “se-arogan” Academy Awards namun memiliki cita rasa sendiri yang berkelas, khas Prancis. Dan bicara ciri khas, Michel Gondry beruntung karena telah mewarisi bakat Prancis yang menggabungkan auteurisme, sisi artistik, dan tetap “membumi” dengan bergerak di kancah indie namun tetap berada di jalur yang tepat pada selera mainstream. Kelebihan Gondry adalah visualisasi yang menarik yang mampu menerjemahkan sisi kedalaman dari cerita secara manis dan mempengaruhi penonton untuk menjadi adiktif terhadap dimensi artistik dari seni sinematografi. Karya-karya filmnya selalu mengandung unsur magis walaupun berangkat dari konsep cerita sederhana berkat kepiawaiannya mengolah efek visual seperti terlihat dari beberapa karya video klip dan iklan televisi yang dibuatnya yang menampilkan sisi humor, keanehan, geeky, out-of-the-box, dan yang sangat mewakili Prancis, romantis. Kreasi Gondry sangat tidak dapat ditebak mengingat kesegaran yang selalu dia perlihatkan dalam setiap proyek yang dikerjakannya, dan karena alasan ini ditambah dengan kejeniusan yang sepertinya telah begitu lama menjadi bagian dari hidupnya, maka tidak akan heran bila seandainya orang-orang berharap bahwa di kemudian hari dia akan membuat sebuah film science-fiction terindah yang pernah ada.


Noel Gallagher


Known as: Musician, Songwriter
Notable works: Definitely Maybe, (What’s the Story) Morning Glory?, Dig Out Your Soul (with Oasis)
Why does he matter: Noel Gallagher adalah potret sosial kelas pekerja Inggris yang berwatak pekerja keras, memiliki kebiasan menyumpah dan mencela, egosentris, fanatik klub sepakbola setempat, gemar bersosialisasi, suka minum, selera humor yang segar, mendengarkan musik rock lokal, dan yang lebih penting, bertindak dan menjalani hidup atas dorongan satu hal: mimpi. Mimpilah yang memenuhi sela-sela ruang di kepalanya saat menatap Johnny Marr bermain gitar di layar kaca. Dan mimpi jugalah yang menjadi bumbu magis dari setiap lagu yang digubahnya sehingga dengan mudah ia dan band-nya meraih hati orang-orang yang telah terbiasa mendekam dalam pesimisme musik grunge. Noel mengambil peran sebagai otak dari hentakan distorsinya serta alunan baladanya yang selalu bersifat anthemic dan selalu berhasil untuk mengundang ribuan orang melompat-lompat sambil bernyanyi bersama dalam panggung konser. Secara attitude, ia menunjukkan betapa kerennya untuk berbicara jujur mengenai apapun, siapapun, termasuk saudara kandung sendiri. Di sisi lain, ia juga memperlihatkan bahwa bukanlah suatu dosa apabila secara terang-terangan menunjukkan ke dalam musiknya dari mana inspirasinya berasal. Dan karakter yang melekat pada dirinya adalah sosok yang bagi siapapun yang merasa membencinya takkan pernah bisa lepas dari kenyataan bahwa sebenarnya mereka juga mengaguminya. Dia adalah salah satu penyelamat dari musik rock dan ia tahu ia pantas dihargai lebih banyak dari itu. The Wisest Man of Rock? Rasanya tidak terlalu berlebihan.

Stan Lee



Known as: Comic Book Writer
Notable works: Spider-Man; Fantastic Four; Hulk; X-Men; Iron Man
Why does he matter: Superman adalah superhero sempurna dengan semua kekuatan yang dimilikinya setidaknya cukup untuk dibagi ke tiga atau empat superhero lain. Batman adalah superhuman yang sempurna dengan kehidupan normal sebagai milyuner lalu di malam hari menjadi seorang detektif handal yang dipersenjatai alat-alat canggih dan penguasaan ilmu bela diri. Tapi Stan Lee mendefinisikan superhero secara berbeda. Superhero versi Stan Lee  lahir dari sebuah kecelakaan yang tidak diinginkan oleh karakternya, beberapa diantaranya bahkan menolak kondisi tersebut dan menganggapnya cukup menyiksa, dialami oleh karakter-karakter yang menjalani hidup dengan biasa-biasa saja, yang akhirnya menunjukkan bahwa menegakkan kebenaran merupakan pekerjaan yang menyusahkan. Stan Lee mungkin telah berhasil merekonstruksi istilah mutan dan memperkenalkannya dengan cara yang menarik sekaligus juga menggambarkan efek paranoia yang ditimbulkannya (seperti dalam X-Men, yang merupakan sekumpulan mutan labil). Di samping kekuatan super yang ia sematkan pada tokoh-tokohnya, ia sukses menghadirkan kisah superhero disertai dengan dosis humanisme yang membuat karya-karyanya dapat dengan mudah menyentuh para pembacanya yang merupakan bagian dari kehidupan normal. Stan Lee berhasil dengan tidak menjadi terlalu berlebihan dalam menciptakan tokoh superhero, minus kostum norak yang didominasi jubah dan celana dalam, dan memberikan secercah harapan bagi setiap anak kutu buku dengan kaca mata tebal dan bintik-bintik jerawat bahwa suatu saat mereka bisa menjadi seorang superhero yang keren.



Stanley Kubrick



Known as: Film Director, Screenwriter
Notable works: 2001: A Space Odyssey; Dr. Strangelove; A Clockwork Orange; The Shining; Full Metal Jacket
Why does he matter: Apa yang membuat Stanley Kubrick menjadi legenda dalam dunia perfilman dunia salah satunya adalah karena kemampuannya dalam menggarap film-film lintas genre. Stanley tentu bukan tipe sutradara yang secara penuh menjadi habitat dari dunia akademis perfilman di mana di dalamnya terdapat pembagian spesialisasi kelas genre film, ia adalah murid yang secara serampangan menghadiri kelas-kelas manapun yang ia mau atas dasar keinginan besarnya untuk selalu mencoba segala sesuatu dan kecintaannya terhadap sinema. Dan yang tidak lupa untuk digarisbawahi adalah ia berhasil di setiap genre yang ia buat. Carilah di internet dengan kata kunci daftar film terbaik berdasarkan genre maka nama Kubrick akan berada di urutan teratas, dari mulai komedi (Dr. Strangelove), sci-fi (2001), horror (The Shining), action/war (Full Metal Jacket), epic (Spartacus), drama kriminal (A Clockwork), dan semuanya membuktikan bagaiamana kehadirannya telah cukup sukses menginvasi dunia film dan menjadikannya role model bagi setiap anak muda yang berandai-andai untuk menciptakan film yang lebih hebat dari The Godfather. Kubrick selalu berhasil menciptakan trademark bahkan menetapkan standar baru dari film-filmnya. Kejeniusan Kubrick dalam karir penyutradaraannya adalah harga mahal yang bahkan piala Oscar-pun tak sanggup untuk membayarnya sama sekali.



Quentin Tarantino


Known as: Film Director, Screenwriter
Notable works: Reservoir Dogs; Pulp Fiction; Kill Bill vol 1 & 2; Inglourious Basterds
Why does he matter: Jika menonton film yang dihiasi dengan darah yang tanpa basa-basi muncrat, kematian dengan cara yang menggelikan, sadis, atau di sisi lain, tampak keren, dialog-dialog panjang yang memancing kerutan dahi namun mengalir dengan begitu cerdasnya, serta kecenderungan untuk menggolongkan kekerasan di dalamnya sebagai bentuk komedi gaya baru, maka film itu tidak lebih adalah refleksi dari dunia otak kanan Quentin Tarantino. Seorang auteur yang bisa dibilang merevolusi tatanan film –yang sebelumnya telah dikerangkeng oleh pola komersial Hollywood– berkat kegemarannya menonton film-film kelas B di gedung bioskop murahan. Tidak ada garis pemisah yang jelas antara protagonis dan antagonis, karena memang bukan itu tujuannya, melainkan persepsi penonton yang dipelintir dalam memahami kedua peran tersebut melalui sudut pandang yang berbeda. Kelebihan lainnya adalah ia menyelipkan “pop culture” ke dalam filmnya yang membuatnya dengan mudah melekatkan imej dari beberapa unsur filmnya ke dalam kepala penonton sesaat setelah film berakhir. Quentin piawai dalam memadukan cerita sepele dengan karakter unik tokoh-tokohnya sehingga menghasilkan konflik menarik sampai pada klimaksnya yang tidak dapat ditebak. Tidak ada yang akan menyangkal bahwa pada akhirnya orang-orang akan menyukai film-film Quentin, tak peduli seberapa banyak galon darah yang ia gunakan dalam proses produksinya.



Radiohead


Known as: Alternative Rock Band
Notable works: The Bends; OK Computer; Kid A; In Rainbows
Why do they matter: Mengikuti perkembangan musik Radiohead sama halnya dengan mengikuti perkembangan jaman yang terus bergerak ke arah kematangan dan kedewasaan. Mereka tidak pernah terjebak dalam repetisi dan karenanya mereka selalu terhindar dari momok menjadi membosankan. Kata kuncinya adalah inovasi. Dan ini tidak hanya terjadi di area musikalitas mereka saja tapi juga pada cara menyebarkan musik di era digital ini. Radiohead merilis “In Rainbows” ke pasaran dengan membiarkan pembeli menentukan sendiri harganya yang untuk selanjutnya diikuti oleh sejumlah musisi yang mengadaptasi cara ini untuk bertahan di dunia musik era millennium. Sejalan dengan musiknya, mereka meletakkan kejeniusan sebagai fondasi dasar dari suara-suara yang mereka hasilkan, sampai ke bentuknya yang ekstrem dan abstrak, dan menyerahkan kepada telinga pendengar untuk mengartikannya sendiri ke dalam bentuk emosi. Mereka menampilkan “galeri seni” ke dalam musik dan inilah mengapa dalam satu dekade terakhir walaupun mereka tidak memiliki satu single pun yang masuk chart, mereka tetap dianggap sebagai band yang paling penting.


Walt Disney



Known as: Animator
Notable works: Mickey Mouse; Donald Duck; Goofy; Pluto; Snow White and the Seven Dwarfs
Why does he matter: Kata magis atau keajaiban tidak memiliki makna lain yang lebih kuat kecuali jika disandingkan dengan nama Walt Disney. Walt memukau dunia lewat “Steamboat Willie”, animasi kartun hitam putih yang menggunakan suara, lalu disusul dengan kemunculan “Snow White and the Seven Dwarfs” yang tercatat sejarah sebagai film fitur animasi pertama dan juga sebagai film animasi berwarna pertama, selanjutnya ia mencetuskan gagasan mengenai Disneyland yang merupakan bagian dari mimpinya untuk mendirikan sebuah theme park yang megah. Sampai di sini bisa dilihat bahwa Walt merupakan seorang seniman visioner yang dari kepalanya mengalir ide-ide inovatif yang disertai ketekunan serta kesungguhan dalam menguji batas kreatifitasnya. Kehadiran dan kontribusinya dalam dunia animasi telah menularkan ribuan inspirasi kepada banyak orang dan mengukuhkan film animasi sebagai media hiburan keluarga yang sarat makna. Walt adalah peletak batu pertama bagi industri animasi yang kini berkembang semakin pesat. Lebih jauh lagi, dia adalah sosok yang darinya semangat untuk meraih mimpi dan hasrat untuk melakukan hal-hal yang mustahil bergaung kencang ke segala penjuru. Walt Disney bukan hanya sebuah nama besar tapi juga jaminan bagi setiap orang mengenai indahnya perwujudan dari sebuah impian, harapan, dan cita-cita. Jadi mari kita semua sama-sama mengucapkan: "Terima kasih banyak!"

2 komentar:

  1. mas, keren eung. btw orang mana mas. jadi pengen minta ilmunya. he he he


    tenang aja mas, aku laki2, cuma suka hal yg sama aja. klo bisa minta emailnya mas, karena klo mw tanya sama mas ikra jadi lebih mudah.

    ini email saya kegojlagankiwil@gmail.com
    kalo mas sudi untuk ngasih tw emailnya jangan lupa kirim ya mas...

    oiya, namaku taufik.

    BalasHapus
  2. terima kasih Taufik, saya sudah email balik alamat email saya, kita sama2 bagi ilmu aja yaa..

    BalasHapus