Rabu, 10 November 2010

"You Sing I Sing, Right?"

 "My aunt once said the world would never find peace until men fell at women's feet and asked for forgiveness."

(On the Road, Jack Kerouac)

Jika pertanyaannya adalah lagu duet terbaik, saya akan menjawab "Under Pressure". Saya dibesarkan oleh lagu-lagu Queen, dan tanpa bisa disangkal lagi itu membuat saya menjadi penggemar suara vokal almarhum Freddie Mercury. Ketika lagu tersebut pertama kali saya dengar, dengan melodi bas yang khas, dan seperti biasa, musikalitas yang tidak tersentuh, saya merasa 'terganggu' dengan suara selain suara Freddie di sana. Saya mengartikannya secara positif, bahwa suara David Bowie yang bersahut-sahutan dengan suara Freddie menyenandungkan lirik tentang dunia yang kacau adalah sebuah perpaduan oral yang tidak hanya berenergi tapi juga puitis. Dan menurut saya, ini merupakan semacam keahlian artistik tersendiri untuk dapat mengolah satu lagu yang dikuasai oleh dua mikrofon menjadi karya audio yang kuat.

Lalu, jika lagu duet terdengar lebih hebat, lebih megah, lebih kuat ketimbang lagu lainnya, adakah yang lebih baik daripada ini? Jika pertanyaanya begitu maka jawabannya ya, tentu saja: pita suara perempuan. Karena bagi saya, mendengarkan suara laki-laki dan perempuan bergantian dalam satu lagu selalu membuat pikiran dan hati merindukan sesuatu  (atau seseorang) yang manis-manis dan tidur nyenyak setelahnya. Ha ha!

Touch
"I will wait for you honestly, I am yours - entirely"


Mungkin Dave Grohl terlalu risih untuk meliris lagu duet dengan Louise Post ini ke dalam album Foo Fighters karena memang ini akan mencederai imej band tersebut dalam barisan musisi-musisi garang. Tapi Touch bagi saya telah membawa Dave pada level baru sebagai seorang musisi atau seniman karena berhasil mengeluarkan sisi lembutnya dengan balutan lagu yang sederhana. Lebih kasar lagi, inilah sebuah pernyataan bahwa akhirnya Dave bicara tentang cinta - dan berhasil. Setidaknya ia menunjukkan bagaimana caranya mengungkapkan perasaan atau bisa juga, cara melamar seseorang, dengan cukup elegan: "Would you risk it all... with me?"

Sometimes Always
"I got down on my knees and then I begged you please, I always knew you'd take me back"


Duet yang cukup lucu dan enak didengar. Sepasang kekasih saling bersahutan, yang perempuan meminta laki-lakinya untuk bertanggung jawab dan meminta maaf karena telah meninggalkannya pergi sementara yang laki-laki tampak kebingungan dan gengsi untuk mengakui kesalahannya sendiri. Klise namun klasik! Suara Hope Sandoval yang terdengar lembut dan sabar dipadu-padankan dengan suara khas Jim Reid yang ogah-ogahan dan sedikit angkuh membuat single The Jesus and Mary Chain ini terkesan seperti percakapan sehari-hari untuk masalah usang dalam kehidupan berpasangan. Yang membuatnya berbeda adalah mungkin kita tidak pernah tahu bahwa itu bisa terdengar begitu romantis, lebih romantis dari karangan bunga.  

Winterlong
"Come back now, come back now, whoahohhh!"


Lagu lama Neil Young yang didaur-ulang oleh Pixies. Black Francis meratapi kepergian seseorang yang kemudian disambut oleh suara Kim Deal dari kejauhan yang membuat keduanya saling ber-echo. Harmoninya terkonstruksi dengan baik di balik raungan gitar elektrik yang berisik. Dan di akhir lagu, keduanya seperti benar-benar saling memantul-mantulkan gelombang suara ke dinding yang terpisah oleh jarak. 

Virginia Moon
"And now our shades become shadows in your light"


Bagaimana mungkin untuk tidak menjadi sedikit jazzy bila harus berduet dengan Norah Jones? Dave Grohl dan Foo Fighters kembali menyentuh zona romantisme, kali ini dengan lebih lembut dan, katakanlah, syahdu. Mendengarkan lagu ini jadi membayangkan duduk di suatu restoran dengan atap yang benar-benar terbuka, dan hanya ada bulan purnama di sana. Saya punya alasan untuk iri pada para musisi, karena sepertinya mereka bisa jatuh cinta  seolah-olah baru pertama kali merasakannya dan berkali-kali.

Modern Girls & Old Fashioned Men
"That's alright ri-ri-ri-right, I don't belong"

 
Perpaduan dua vokal yang mantap. Julian Casablancas dengan karakter suara khasnya yang kumur-kumur dan datar mewakili sosok pria kuno dan konservatif sedangkan lengkingan Regina Spektor yang berayun-ayun seperti perempuan yang enerjik dan ekspresif yang sekuat tenaga memohon maaf pada pasangannya. Keduanya saling menunjukkan perbedaan sampai akhirnya sama-sama mengatakan "Oh yes we're falling down" sebelum lagu berakhir. Sebagai lagu dengan tema perpisahan, Regina dan The Strokes justru menampilkannya dengan megah namun disertai porsi keputusasaan yang besar dan hasilnya adalah sebuah ode spesial bagi keretakan hubungan yang dimotivasi oleh perbedaan perspektif. Tema yang cukup familiar.

If You Rescue Me
"All the kitties are playing and they are having such fun, I wish it could happen to me"


Sedikit cerita, lagu ini terinspirasi dari sosok seorang perempuan yang menyelamatkan seekor anak kucing yang tersesat dari dinginnya salju kota Paris. Tak ada yang bisa dijelaskan lagi dari lagu ini selain bahwa seorang laki-laki pada dasarnya sama menyedihkannya seperti seekor anak kucing, tersesat, sendirian, dan butuh diselamatkan dari kedinginan. Itu juga kalau mau dikait-kaitkan. Selebihnya, dengarkan saja alunan suara Gael Garcia Bernal dan Charlotte Gainsbourg dan mulai tertidur.

Anyone Else But You
"We sure are cute for two ugly people, I don't see what anyone can see in anyone else - but you"


Satu hal, 'I don't see what anyone can see in anyone else but you' adalah 'I love you' versi 10 kali lebih baik. Jujur, polos, dan membingungkan pada awalnya, namun setelah kata-kata tersebut tercerna, berikutnya adalah perasaan yang melegakan.

2 komentar:

  1. okai, sudah didengar semua. Kecuali yang terakhir, gw baru denger semua. THe strokes _ Regina S yang paling gw demen. :)

    BalasHapus
  2. iya saya juga jatuh cinta pada "pendengaran" (maksa) pertama dengan lagu itu git

    BalasHapus