"I have never let my schooling interfere with my education."
(Mark Twain)
"Di muka bumi ini tidak ada satu pun yang menimpa orang-orang berdosa separah sekolah. Sekolah adalah penjara. Tapi dalam beberapa hal sekolah lebih kejam ketimbang penjara. Di penjara, misalnya, Anda tidak dipaksa membeli dan membaca buku-buku karangan para sipir atau kepala penjara."
(Bernard Shaw)
"Pendidikan berhasil kalau orang menjadi senang mempergunakan otaknya."
(Jacques Barzun)
"Setiap bocah adalah seniman. Masalahnya tinggal cara mempertahankan agar ia tetap artis ketika sudah menjadi dewasa."
(Pablo Picasso)
"Manakala kerja merupakan kesenangan, hidup merupakan kegembiraan. Manakala kerja merupakan kewajiban, hidup merupakan perbudakan."
(Maxim Gorky)
"Anak-anak masuk sekolah sebagai tanda tanya, keluar sekolah sebagai tanda titik."
(Neil Postman)
"Kesalahan terbesar sekolah ialah mencoba mengajarkan segala hal kepada anak-anak dan menggunakan rasa takut sebagai motivasi dasarnya."
(Stanley Kubrick)
"Mengambil langkah baru, mengutarakan kata baru adalah yang paling ditakuti orang."
(Fyodor Dostoyevski)
"Yang pertama harus dipahami seorang anak agar berdisiplin tetapi aktif adalah mampu membedakan antara baik dan buruk dan tugas pendidik ialah berusaha agar anak jangan mendapat gagasan rancu bahwa baik itu sama dengan diam saja dan buruk itu sama dengan aktif bergerak."
(Maria Montessori)
"Hanya dalam situasi pendidikan yang dialogislah orang akan tetap dapat mengikuti perubahan zaman."
(R.S. Peters)
"Sekolah mesti dinilai berdasarkan kebahagiaan murid-muridnya, bukan berdasarkan kesuksesan akademisnya."
(A.S. Neill)
"Humor adalah salah satu sedekah yang paling murah, tetapi malangnya humor nyaris dihapus sama sekali dari sistem pendidikan anak."
(A.S. Neill)
"Pendidikan yang memandang orang sebagai objek hanya akan menghasilkan sifat manusia yang disebut necrophily (cinta benda mati), dan tidak menumbuhkan sifat biophily (cinta kehidupan)."
(Erich Fromm)
"Secara mutlak menganggap bodoh orang lain berarti mengingkari pengetahuan sebagai proses pencarian."
(Paulo Freire)
"Sungguh baik untuk memiliki hal-hal yang bisa dibeli dengan uang, tetapi sungguh baik pula untuk sekali-kali memeriksa dan meyakinkan diri kita , bahwa kita tidak kehilangan hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang."
(George Horace Lorimer)
"Pada abad kedelapan belas suatu tanda bahwa seorang itu 'gentlemen' kalau orang itu memilih mencari kesenangan dalam sastra, film dan musik. Kita dewasa ini mungkin tidak setuju tetapi setidak-tidaknya selera itu tulus."
(Bertrand Russel)
"Kita tidak mengarah kepada individualitas yang lebih besar melainkan kepada suatu kebudayaan massal yang dimanipulasi."
(Erich Fromm)
"Pada masa kanak-kanakku, aku jadi seragam, buku pelajaran sangat kejam, aku tidak boleh menguap di kelas, aku harus duduk menghadap papan di depan, sebelum bel tidak boleh mengantuk."
(Wiji Thukul, Kenangan Anak-Anak Seragam)
"Sebagian besar guru membuang-buang waktu mereka dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tujuannya adalah untuk menemukan apa yang tidak diketahui seorang murid, sementara seni sejati mengajukan pertanyaan mempunyai maksud untuk mengungkapkan apa yang diketahui murid atau apa yang mampu diketahuinya."
(Albert Einstein)
"Tujuan pendidikan haruslah untuk melatih individu-individu yang mampu bertindak dan berpikir secara mandiri dan juga menjadi orang-orang yang memandang pencapaian tertinggi dalam hidupnya adalah melayani masyarakat."
(Albert Einstein)
"Manusia pada dasarnya mahluk belajar dan senang belajar, kita tidak perlu ditunjukkan bagaimana cara belajar. Yang membunuh kesenangan belajar adalah orang-orang yang berusaha menyelak, mengatur, atau mengontrolnya."
(John Caldwell Holt)
*kutipan-kutipan di atas diperoleh dari berbagai sumber.
kebanyakan sekolah buat aturan2 gak penting sama sekali. harus ini harus itu. males.
BalasHapusbiar katanya jadi sekolah percontohan..
blablabla
menang nama aja, tp gurunya banyak absen.
tujuan utama sekolah:
mendapat nama baik dan TERAKREDITASI: A!!
Yah itu dia, kecenderungan sekolah justru adalah untuk membunuh serta menekan kesenangan dari belajar itu sendiri dengan mengarahkannya pada definsi keberhasilan dan kesuksesan berdasarkan prestasi akademis semata. Distorsi seperti ini menurut saya yang membuat generasi bangsa Indonesia cenderung kehilangan maknanya sebagai agen perubah karena mereka tidak dididik lewat sistem yang membebaskan serta memanusiakan manusia.
BalasHapusEntahlah!
Ya kra, gw merasa jadi korbannya. Gw dulu adalah orang yang "under estimate" orang-orang yang tidak sukses di akademis, sampai akhirnya gw belajar bahwa akademis bukan segalanya. Banyak hal lain yang lebih berarti.
BalasHapus:\
Iya, anak sekolah mana sih yang tidak pernah terpengaruh untuk berpikir kaya gitu? Kita semua pasti pernah mengalaminya
BalasHapus"Iya, anak sekolah mana sih yang tidak pernah terpengaruh untuk berpikir kaya gitu? Kita semua pasti pernah mengalaminya"
BalasHapuseniwe, utk skrg saya menganggap nilai akademis penting (munafik emang), biar dapet beasiswa.
well, yang menjadi masalah adalah saat nilai akademis ditanggapi sebagai satu-satunya parameter dalam mengukur segalanya, kecerdasan bahkan masa depan seorang anak. Saya tidak bermasalah dengan anak yang memiliki nilai akademis yang bagus, itu suatu berkah, tapi yang jadi masalah ketika ini menjadikannya merasa pintar dan superior bahkan oleh lingkungan sekitarnya. Ini kan jelas-jelas menafikan bentuk kecerdasan lainnya dengan memberikan jurang antara bodoh dan pintar. Dan kebanyakan dari pengalaman saya, sistem pendidikan kita membuatnya seperti itu. Yang jelas adalah manusia tidak boleh berhenti untuk selalu belajar, dengan atau tanpa sekolah.
BalasHapuswow!
BalasHapusI'm offended.
saya sering merasa sok pintar, pdhal saya ketakutan bakal jadi apa ke depan.
thx buat menyadarkan.
Wah maaf bukan maksud menyinggung loh, karena saya juga sebenarnya sedang mengkritisi diri saya sendiri. Yaah kurang-lebih kita punya pengalaman yang hampir serupa lah.
BalasHapussemua yg baca ini (termasuk yg sombong) pasti tersinggung kaya saya. ya jadi introspeksi diri masing2.
BalasHapusDulu pernah ada wakil rakyat yang mengaku heran, di negara ini ekonom, pengacara & insinyur bejibun tapi koq negara kita ga maju-maju ya?
BalasHapusYah pak, mungkin alasan kita mandek karena kita kekurangan guru, tentara, polisi, seniman, penulis, budayawan, astronom, ilmuwan, dan masih banyak lagi profesi lainnya.
Nice post bro :D
Terima kasih telah mampir dengan komerntar inspiratifnya
BalasHapus