"If more of us valued food and cheer and song above hoarded gold [as the hobbits do], it would be a merrier world."
(The Hobbit, J.R.R. Tolkien)
Langit menggelap dan pekat, malam masih jauh dari hangat. Dari kejauhan, riuh-rendah terdengar seperti ombak yang bergulung, samar dan lamat-lamat terasa gemuruhnya. Riak kembang api bersahutan di angkasa, setiap orang berteriak, melepaskan sejuta perasaan ke pusat dunia. Sebuah perayaan sedang dilangsungkan, meriah tentu saja tanpa penundaan atau keterlambatan, semuanya berjalan sesuai waktunya. Pesta yang hebat. Tepuk tangan menghiasi suasana. Akhir tahun memang selalu berisik dengan pesta selebrasi walaupun mungkin cerita lain tentang penebusan juga berhak untuk hadir di sela-selanya. Seperti semacam kesunyian yang merangkak di dalam keramaian lalu pergi menjauh untuk menemukan yang selama ini dicari. Jiwa yang baru.
Holden Caulfield bisa pulang ke rumahnya lebih cepat. Tidak perlu lagi memikirkan mata pelajaran yang gagal dan bagaimana ia dikeluarkan lagi dari sekolahnya. Atau mungkin cemas bila nanti dia dihajar oleh ayahnya sendiri, seperti yang ditakutkan adiknya, Phoebe. Di atas trotoar saya melihatnya berjalan sendiri, dengan topi merah dan piringan hitam yang retak di tangannya, langkahnya gontai dan kedua matanya tak sedikit pun memancarkan sinar bias. Selalu tajam dan tegas. Mungkin dia seorang pemarah tapi bisa jadi dunia ini dan orang-orang di sekitarnya tidak cukup untuk membuatnya optimis. Semua orang-orang palsu dan menyedihkan. Kumpulan tetek-bengek bodoh dan sok. Termasuk ketika sebuah kereta kuda yang mewah lewat di sampingnya, dia berpikir tentang kaum bangsawan dan bagaimana mereka begitu sombong sampai-sampai pantat saja digosok dengan uang kertas.
Anna Karenina ada di dalam kereta mewah tersebut. Sendu, bingung, bahkan pucat pasi begitu kentara memulas wajahnya yang berkelas. Elegan dalam berjalan dan menggunakan peralatan makan dalam sebuah jamuan, serta kemampuannya berdansa, namun ceroboh dan rapuh dalam percintaan. Ia mencintai orang lain, bukan suaminya, tapi seorang pangeran yang tidak diperuntukkan baginya. Perselingkuhan, skandal, aib, terbongkar tanpa ampun di muka publik. Holden mendengar berita tentangnya. Tapi tentang kesakitan dan beban yang dipikul Anna, tak seorang pun yang tahu. Betapa ia merindukan kebahagiaan dan cinta sejati. Dan takdir tak berhenti menggodanya. Tak seorang pun yang tahu dia hanya seorang wanita, istri, dan ibu yang tidak sempurna. Sekarang dia pergi menuju stasiun dna tak seorang pun yang bisa menebak bahwa beberapa jam ke depan, ia akan melemparkan dirinya sendiri ke depan kereta api yang sedang berjalan. Sukarela.
Rumah Bilbo Baggins masih sepi, Holden melihatnya seperti sudah lama ditinggalkan. Hampir satu tahun. Tidak ada yang tahu mengapa ia pergi begitu saja. Tapi sekarang, ia sedang berada dalam perjalanan pulang. Sebentar lagi sampai. Ia sudah siap untuk bercerita tentang petualangannya dengan 13 kurcaci untuk mencari harta karun yang dijaga oleh seekor naga bernama Smaug. Dengan senang hati ia akan bercerita bagaimana ia hampir dimakan hidup-hidup oleh Troll. Atau saat dikejar-kejar oleh kawanan Goblin dengan mata yang menyeramkan. Dan permainan tebak-tebakan di dalam gelap dengan mahluk yang disebut Gollum, yang mana cincinnya ia curi diam-diam, cincin yang mampu membuatnya menghilang lalu menyusup menyelamatkan teman-temannya dari serangan sekelompok laba-laba raksasa dan mengelabui si naga Smaug. Dia juga ikut berperang, sebuah perang yang besar. Tapi entah bagaimana dia akan bercerita tentang perang tersebut karena di awal perang ia pingsan terkena lemparan batu dan siuman saat perang tersebut berakhir. Yang jelas, setahun telah merubahnya, dari Hobbit penakut menjadi pahlawan yang dikagumi.
Lalu Holden berpapasan dengan Winston Smith, seorang laki-laki yang selalu berjalan melihat ke bawah. Ia baru saja pulang dari kantornya. Dimanapun, bagi Winston Smith, ia akan selalu diawasi oleh mata sang Big Brother. Tak ada tempat berlindung. Semua orang harus mencintai Big Brother. Setiap tindakan atau gerak-gerik subversif wajib dilaporkan pada yang berwajib. Anak perempuan melaporkan ayahnya sendiri, istri melaporkan suaminya, sepasang kekasih saling melaporkan, dan mereka berakhir di penjara untuk dicuci otaknya. Pekerjaannya sibuk. Tugasnya menyunting berita dan menerbitkannya agar warga tahu apa yang Big Brother inginkan mereka untuk tahu. Sudah lama ia ingin bisa menyanyikan lagu tentang jeruk manis dengan lengkap. Ia ingin meminum anggur yang selama ini hanya pernah ia lihat di buku. Ia ingin kembali ke masa silam, yang entah mengapa, menurutnya adalah masa yang jauh lebih baik dari sekarang. Masa-masa yang terlupakan dan hanya menyisakan potongan-potongan gambar tak beraturan. Ia berjalan menunduk, melewati tembok bertuliskan ‘Big Brother is watching you!’ dan hanya ingin segera sampai di rumah. Tertidur, bermimpi, dan berharap tak bertemu mahluk paling mengerikan di dunia: tikus.
Rumah sakit jiwa terdengar ramai di malam ini. Satu ruangan tampak masih hidup, tak seperti biasanya. R.P. McMurphy sedang mengadakan pesta diam-diam. Ia memasukkan dua orang teman perempuannya ke dalam untuk menghibur para pasien di sana. McMurphy belum terlalu lama menjadi seorang pasien di tempat itu, tapi ia sudah membuat masalah, setidaknya begitu menurut kepala suster Ratched. McMurphy kesal padanya karena lewat pemungutan suara yang curang, ia tidak bisa menonton siaran World Series. Dia tidak tahan berada di bawah kepemimpinan tiran lalu pergi membawa pasien-pasien lainnya kabur untuk berlayar dan memancing di laut lepas. Sengatan listrik tidak membuatnya berhenti untuk membuat kegaduhan. Sekarang ia ingin mengadakan pesta kecil-kecilan di bangsalnya untuk melepaskan kepenatan menjadi orang gila dan diperlakukan demikian di dalam rumah sakit. Ia berharap semuanya akan bersenang-senang, walau di luar pengetahuannya, akan ada kematian juga yang ikut bergabung.
Lalu ia bertemu Atticus Finch, yang menyapanya dengan sopan dan hormat. Dari semua orang yang ia benci, Holden berpikir, Atticus-lah satu-satunya yang tanpa cela. Dia baru pulang dari sebuah pengadilan yang melelahkan. Sebuah kasus yang ketika ia ambil menimbulkan kesan buruk di mata para tetangga. Atticus, seorang ayah dari dua anak yang sedang tumbuh, membela seorang budak kulit hitam yang telah memperkosa perempuan kulit putih. Di kantornya, ia sempat didatangi oleh sekelompok orang yang anti terhadap kulit hitam. Dia dicaci dan diancam akan dibunuh. Namun yang mengganggu hatinya adalah ketika semua itu terjadi, anaknya berada di TKP. Begitu pun saat di persidangan. Padahal ia telah menyuruh anaknya untuk pulang tapi memang tak ada yang bisa menghentikan rasa penasaran anak kecil. Beruntung ia menang. Ia menguak sebuah nilai keadilan terhadap ras manusia dan membakar prasangka dengan caranya yang bijaksana. Sekarang ia hanya ingin pulang. Masuk ke kamar anaknya dan membacakan sebuah cerita. Lalu mungkin tetap berada di sana sampai keesokan paginya mereka bangun.
Malam mungkin masih panjang, tapi Holden sudah berada di depan rumahnya. Ia ingin membangunkan adiknya yang masih tidur, memberikan kejutan akan kedatangannya, dan menyerahkan hadiah piring hitam yang sengaja ia rekatkan dengan selotip karena pecah. Mungkin dilain waktu ia akan tertarik untuk mengunjungi Macondo, yang dikutuk dalam 100 tahun kesunyian. Atau bergabung bersama Sal Paradise dan Dean Moriarty berkelana keliling Amerika dengan mobil. Atau juga melintasi sungai di atas rakit bersama Huckleberry Finn dan berteman dengan Tom Sawyer, siapa tahu mereka menemukan kesamaan. Tapi tidak sekarang. Dia hanya ingin bersama adik perempuannya. Berdua. Berbicara tentang apa saja atau mungkin hanya mendengarkan ocehan tentang drama sekolah. Apapun, yang penting jauh dari dunia luar. Agar ia bisa berhenti melihat dunia ini dengan perasaan kesal.
Selamat tahun baru, selamat datang...